loading...

Saturday, April 28, 2018

ERGONOMI "PREDIKSI KEBUTUHAN TENAGA REKAM MEDIS MENGGUNAKAN METODE WORK LOAD INDICATOR STAFF NEED (WISN) DI BAGIAN ASSEMBLING RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2013-2017"

Progam Diploma III Rekam Medik dan Informatika Kesehatan
Akademi Perekam Medik dan Informatika Kesehatan
Mitra Husada Karanganyar
2013

ABSTRAK

PepinaRizki Tri Viana
Prediksi Kebutuhan Tenaga Rekam Medis Menggunakan Metode Work Load Indicator Staff Need (WISN) di Bagian Assembling RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2013 s.d 2017.

Bagian Assembling di RSUD Dr. Moewardi terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian Assembling dan bagian Analising. Berdasarkan survey pendahuluan di RSUD Dr. Moewardi diperoleh data rata-rata 225 dokumen rekam medis perhari. Petugas Assembling terdapat 5 petugas, sedangkan Analising yang merupakan sub bagian dari Assembling 3 petugas. Bertambahnya jumlah kunjungan pasien rawat inap mempengaruhi produktivitas kerja petugas Assembling khususnya bagian Analising. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan tenaga rekam medis menggunakan metode Work Load Indicator Staff Need (WISN) bagian Assembling RSUD Dr. Moewardi tahun 2013 s.d 2017.
Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan retrospektif. Subyek penelitian adalah petugas Assembling dengan obyek data kegiatan unit Assembling dan Formulir rekapitulasi laporan data kegiatan rumah sakit (RL_1) dengan analisis data secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas dalam melaksanakan aktivitas perakitan sampai peneliti kelengkapan dokumen berpedoman pada prosedur tetap Assembling. Sedangkan berdasarkan perkiraan jumlah kunjungan pasien rawat inap untuk periode tahun 2013-2017 sejumlah 279.115 pasien, dengan waktu kerja efektif sejumlah 1.731,25 jam/tahun dan  rata-rata waktu per kegiatan pokok adalah 6menit di bagian Assembling sedangkan 16,11menit di bagian Analising sehingga dapat diperoleh standar beban kerja yaitu 1.772,9 jam/tahun di bagian Assembling  dan 1.347 jam/tahun di bagian Analising. Bila waktu kelonggaran sejumlah 0,162 jam per satu tahun. Prediksi Kebutuhan Tenaga Rekam Medis Menggunakan Metode WISN di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2013 s.d 2017. Sejumlah 3 petugas di bagian Assembling dan 4 petugas di bagian Analising.
Untuk penambahan tenaga kerja di RSUD Dr. Moewardi dalam jangka waktu tahun 2013-2017 di bagian Assembling sudah tercukupi. Sedangkan penambahan tenaga kerja Analising yang merupakan sub bagian dari Assembling perlu menambahkan 1 petugas.


Kata Kunci: Kebutuhan, tenaga kerja, beban kerja, WISN .

Kepustakaan: 8 (1991-2012)


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien (Gemala Hatta2008).
Berdasarkan PerMenKes No. 269 MENKES/PER/III/2008 Bab III, pasal 7 bahwa sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan rekam medis. Oleh karena itu, rumah sakit melakukan pelayanan medis berupa pengobatan, perawatan maupun sarana penunjang kesehatan yang lain dan pelayanan non medis berupa pelayanan yang bersifat administrasi dimulai dari bagian pendaftaran sampai dengan bagian pembayaran atau kasir.
Tenaga profesi berperan penting dalam menggerakkan kegiatan organisasi untuk meningkatkan produktifitas dan menjamin mutu jasa sehingga dapat meningkatkan daya saing, dan melindungi konsumen serta masyarakat baik keselamatannya maupun kesehatannya. Rekam medis terdiri dari beberapa bagian, antara lain bagian pendaftaran, distribusi, assembling, coding, analising reporting, dan filing.
1
Bagian Assembling di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian Assembling dan bagian Analising. Tugas bagian Assembling di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi adalah merakit isi dokumen rekam medis setelah rawat inap sedangkan Analising yang merupakan sub bagian dari Assembling bertugas untuk meneliti kelengkapan isi data dokumen rekam medis seperti nama, nomor rekam medis pasien, tanda tangan dan nama terang dokter yang bertanggung jawab, tanggal masuk dan keluar pasien dari bangsal dan seterusnya. Kemudian bagian yang belum lengkap itu ditulis diselembar kertas chek list (tinggal centang), kemudian diberi nama dan nomor rekam medis pasien dan tanda tangan dan nama terang petugas yang menganilising. Bagian Analising dokumen di RSUD Dr. Moewardi bertugas mengecek seluruh dokumen yang selesai di Assembling pada hari itu.
Berdasarkan survei pendahuluan di RSUD Dr. Moewardi diperoleh data rata-rata 225 dokumen rekam medis perhari dari 12 bangsal. Dengan petugas Assembling 5 petugas dapat terselesaikan seluruh perakitan dokumen, sedangkan Analising yang merupakan sub bagian dari Assembling 3 petugas dan setiap petugas hanya mampu menyelesaikan 75 dokumen perharinya. Untuk dokumen yang masih menumpuk dan belum selesai dikerjakan sampai batas waktu jam kerja per harinya rata-rata 30 dokumen, yang kemudian dilanjutkan keesokan harinya. Sehingga menyebabkan beban kerja petugas Analising yang merupakan sub bagian dari Assembling meningkat dan mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang ”Prediksi Kebutuhan Petugas Rekam Medis dibagian Assembling RSUD Dr. Moewardi Tahun 2013-2017.
B.   Rumusan Masalah
Berapakah kebutuhan tenaga kerja Rekam Medis menggunakan metode Work Load Indicator Staff Need (WISN) di  bagian Assembling RSUD Dr. Moewardi Tahun 2013-2017?
C.   Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Mengetahui kebutuhan tenaga kerja Rekam Medis menggunakan metode Work Load Indicator Staff Need (WISN) dibagian Assembling RSUD Dr. Moewardi Tahun 2013-2017.
2.    Tujuan Khusus
a.   Menghitung perkiraan pasien rawat inap tahun 2013-2017 di RSUD Dr. Moewardi.
b. Menentukan waktu tersedia dibagian Assembling RSUD Dr. Moewardi.
c.  Menyusun standar beban kerja bagian Assembling di Rpetugas Dr. Moewardi.
d. Menyusun standar kelonggaran bagian Assembling di RSUD Dr. Moewardi.
e. Menghitung kebutuhan tenaga rekam medis bagian Assembling menggunakan metode Work Load Indicator Staff Ned (WISN) tahun 2013-2017 di RSUD Dr. Moewardi

.
D.   Manfaat Penelitian
1.    Bagi peneliti
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam perencanaan kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja khususnya bagian Assembling.
2.    Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam perencanaan kebutuhan jumlah tenaga kerja dibagian Assembling berdasarkan beban kerja.
3.    Bagi Akademi
Menambah referensi kepustakaan khususnya ilmu ergonomi beban kerja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Rekam Medis
1.   Definisi Rekam Medis
Rekam medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269/MenKes/PER/III/2008, adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (DepKes RI, 2008).
Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pelayanan Medis dalam keputusan No. 78/Yanmed/RS Umdik/YMU/1/91 tentang Pelayanan Rekam Medis di rumah sakit, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien selama dirawat di rumah sakit yang dilakukan di unit-unit rawat jalan termasuk unit gawat darurat dan unit rawat inap.
2.   Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis
Tujuan penyelenggaraan rekam medis adalah tercapainya tertib administrasi di suatu rumah sakit sehingga dapat terwujud pelaksanaan sistem yang ditetapkan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan, dengan adanya dukungan sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, maka tertib administrasi rumah sakit akan tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Kegunaan rekam medis dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain :
a.       Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
b.      Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien dan dalam rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan.
c.       Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan. Dalam upaya menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
d.      Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai penghitungan biaya/keuangan.
e.       Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya mengandung data atau informasi yang dipergunakan sebagai sumber penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
f.       Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran di bidang profesi pengguna rekam medis.
g.      Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan yang dipertanggungjawabkan dan pembuatan laporan rumah sakit.
(Depkes RI, 2006)
B.    Assembling
1.      Pengertian Assembling
Assembling yaitu salah satu bagian di unit rekam medis yang berfungsi sebagai perakit dokumen / berkas rekam medis dengan menganalisis kelengkapan berkas rekam medis.sebelum disimpan.


2.         Tugas Pokok Assembling
Tugas Pokok bagian Assembling dalam pelayanan rekam medis adalah :
a.       Menerima dokumen rekam medis dan sensus harian dari unit-unit pelayanan.
b.      Meneliti kelengkapan isi dan merakit kembali urutan formulir rekam medis.
c.       Mencatat dan mengendalikan dokumen rekam medis yang isinya belum lengkap dan secara periodik melaporkan kepada kepala unit rekam medis mengenai ketidak lengkapan isi dokumen dan petugas yang bertanggung jawab terhadap kelengkapan isi tersebut.
d.      Mengendalikan penggunaan formulir-formulir rekam medis dan secara periodik melaporkan kepada kepala unit rekam medis mengenai jumlah dan jenis formulir yang telah digunakan.
e.       Mengalokasikan dan mengendalikan nomor rekam medis.
f.       Menyerahkan dokumen rekam medis yang sudah lengkap ke fungsi pengkode dan pengindeks.
g.      Menyerahkan sensus harian ke fungsi analis dan pelaporan.
3.      Fungsi Assembling dalam pelayanan dokumen rekam medis adalah :
a.       Perakit formulir rekam medis.
b.      Peneliti isi data rekam medis.
c.       Pengendali dokumen rekam medis tidak lengkap.
d.      Pengendali penggunaan nomor rekam medis.
e.       Pengendali penggunaan formulir rekam medis.
4.      Deskripsi Pokok Kegiatan Assembling
Deskripsi Pokok kegiatan Assemmbling dalam pelayanan rekam medis adalah :
a.       Mencatat setiap penggunaan formulir rekam medis ke dalam buku pengendalian penggunaan formulir rekam medis.
b.      Mengalokasikan dan mencatat penggunaan nomor rekam medis ke dalam buku penggunaan nomor rekam medis.
c.       Memerima pengembalian dokumen rekam medis dan sensus harian rawat inap, rawat jalan dan unit gawat darurat  dengan menandatangani buku ekspedisi
d.      Mencocokkan jumlah dokumen rekam medis dengan jumlah pasien yang tertulis pada sensus harian. Jumlah dokumen rekam medis  yang diterima harus sesuai dengan jumlah yang tercatat di dalam sensus harian.
e.       Meneliti isi kelengkapan dokumen rekam medis dan mencatat identitas pasien ke dalam kartu kendali. Sambil meneliti kelengkapan isi sekaligus formulir-formulir rekam medis diatur kembali sehingga sejarah dan riwayat penyakit pasien mudah ditelusuri.
f.       Bila dokumen rekam medis belum lengkap, tulis ketidak lengkapannya di atas secarik kertas yang ditempelkan pada sampul depan dokumen rekam medis kemudian dikembalikan ke unit pelayanan yang bersangkutan untuk dilengkapi oleh petugas yang bertanggung jawab dengan menggunakan buku ekspedisi, kemudian kartu kendali disimpan menurut tanggal pengembalian.
g.      Bila sudah lengkap, dokumen rekam medis bersama kartu kendali diserahkan ke fungsi pengkode dan analis.
h.      Sensus harian diserahkan ke fungsi analis dan pelaporan untuk diolah lebih lanjut.
i.        Membuat laporan ketidak lengkapan isi dokumen.
j.        Membuat laporan penggunaan formulir rekam medis.
5.      Fungsi-Fungsi yang Terkait dengan Assembling
Fungsi-fungsi yang terkait dengan Assembling dalam pelayanan rekam medis adalah :
a.       Fungsi pencatat data di rawat jalan, gawat darurat dan rawat inap yang bertanggung jawab terhadap :
1)      Pencatatan kelengkapan isi data rekam medis pada setiap formulir dalam dokumen rekam medis.
2)      Penggunaan formulir yang digunakan untuk pelayanan klinis.
3)      Penggunaan nomor rekam medis di kamar bersalin (VK) untuk bayi baru lahir.
b.      Fungsi pencatat data pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap yang bertanggung jawab terhadap :
1)      Penggunaan formulir rekam medis untuk pelayanan pasien.
2)      Penggunaan nomor rekam medis agar tidak terjadi duplikasi.

c.       Fungsi pelayanan penunjang, bertanggung jawab terhadap :
1)      Pencatatan data pasien ke dalam dokumen rekam medis.
2)      Pencatatan sensus harian IPP.
3)      Menyerahkan sensus harian setiap hari.
d.      Fungsi koding dan Indeksing yang bertanggunbg jawab terhadap pengkodean dan  pengindeksan penyakit, operasi, sebab kematian, dan indeks dokter.
e.       Fungsi Analisisng dan Reporting yang bertanggung jawab terhadap pengumpilan dan pengolahan data rekam medis untuk disususn laporan kegiatan pelayanan.
6.      Informasi yang Dihasilkan Assembling
Informasi yang dihasilkan Assembling dalam pelayanan rekam medis adalah :
a.       Tingkat ketidaklengkapan dokumen rekam medis Incomplete Medical Record (IMR) dengan cara menghitung jumlah dokumen rekam medis yang tidak lengkap dibagi jumlah dokumen rekam medis yang diterima pada periode waktu tertentu dikalikan 100%.
 
 


b.      Delingued Medical Record (DMR)
Dokumen rekam medis yang bandel dengan maksud dokumen rekam medis masih belum terisi lengkap meskipun telah diteliti kembali oleh Unit yang mengirim dokumen. Batas penyerahan untuk Delingued  Medical Record (DMR) adalah 2×48 jam. Presentasenya adalah jumlah Dokumen Rekam Medis yang bandel dibagi dengan jumlah pasien pulang kemudian dikalikan 100%.
 
 


c.       Kebutuhan formulir dan desain formulir-foermulir Rekam Medis.
d.      Tingkat kehilangan dokumen Rekam Medis.
e.       Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan dokumen Rekam Medis.
f.       Rata-rata waktu penyelesaian kegiatan assembling untuk setiap satu dokumen.
7.      Catatan dan Laporan yang Digunakan Assembling
Catatan dan Laporan yang digunakan Assembling dalam pelayanan rekam medis adalah :
a.       Buku catatan penggunaan nomor rekam medis.
b.      Buku catatan penggunaan formulir rekam medis.
c.       Buku catatan ketidaklengkapan.
d.      Buku register Assembling.
e.       Buku ekspedisi Assembling.
f.       Kartu Kendali (KK) untuk :
1)      Pencatatan data rekam medis guna pengendalian dokumen rekam medis tidak lengkap dan pengkodean penyakit, kode operasi, kode sebab kematian dan kode dokter.
2)      Mengendalikan dokumen rekam medis yang tidak lengkap yang dikembalikan ke unit pencatatan data.
3)      Melacak keberadaan dokumen rekam medis yang sedang dilengkapi.
4)      Menghitung angka Incomplete Medical Records (IMR)
8.      Unsur-Unsur Pengendalian Assembling
Unsur-unsur pengendalian bagian Assembling dalam pelayanan rekam medis adalah :
a.       Digunakannya Kartu Kendali untuk mencatat dan mengendalikan dokumen rekam medis.
b.      Digunakannya buku ekspedisi untuk serah terima dokumen rekam medis.
c.       Digunakannya buku catatan penggunaan dan pengendalian formulir rekam medis.
d.      Digunakkannya buku catatan penggunaan nomor rekam medis
C.       Ergonomi
1.   Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam), jadi ergonomi dapat diartikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan untuk mendapatkan suasana kerja yang sesuai dengan manusianya (Nurmianto, 2003)
Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004).
Ergonomi mempunyai peranan bagi seseorang pada saat bekerja yaitu dapat memberikan kenyamanan bekerja sehingga menghasilkan kerja yang maksimal. Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:
a.       Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik maupun mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b.      Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna serta meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
c.       Menciptakan keseimbangan berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi (Tarwaka, 2004)
Sedangkan menurut Santosa, 2004 tujuan utama dari ergonomi adalah :
a.       Memaksimalkan efisiensi karyawan.
b.      Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
c.       Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman dan bersemangat.
d.      Memaksimalkan bentuk (performance) kerja yang meyakinkan Ergonomi dapat dipergunakan untuk masalah-masalah sistem manusia dan produksinya yang komplek dalam penerapannya diperlukan modifikasi pengolahan data secara mekanis atau elektronik. Agar pekerja lebih mudah dalam melakukan pekerjaan.
2.      Beban Kerja
Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun di suatu sarana pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2004).
Ada 3 cara (teknik) yang dapat digunakan dalam penghitungan beban kerja personal yaitu :
a.       Work Sampling
Teknik ini dikembangkan pada dunia industri untuk melihat beban kerja yang dipangku oleh personel pada suatu unit, bidang, ataupun jenis tenaga tertentu, pada work sampling dapat diamati sebagai berikut:
1)      Aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu jam kerja.
2)      Apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu kerja.
3)      Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif.
4)      Pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu, dan schedule jam kerja.
b.       Time and Motion Studies
Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personel yang sedang diamati, Adapun tujuan teknik time and motion study adalah mengetahui atau mendeteksi kualitas kegiatan yang dilaklsanakan oleh personel yang diiteliti.
c.       Daily Log
Daily Log merupakan bentuk sederhana dari work sampling, dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Penggunaan teknik ini sangat bergantung terhadap kerjasama dan kejujuran dari personel yang sedang diteliti.Pendekatan ini relative sederhana dan biaya murah.
(Ilyas, Y. 2000)
3.      Produktivitas
Produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa. (Sinungan, 2003)
Pengertian lain dari produktivitas adalah konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kebutuhan manusia dengan menggunakan sumber daya yang serba terbatas. (Tarwaka, 2004)
Konsep umum dari produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) per satuan waktu. Produktivitas dikatakan meningkat apabila:
a.   Jumlah produktivitas atau keluaran meningkat dengan jumlah masukan atau sumber daya yang sama.
b.   Jumlah produktivitas atau keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan atau sumber daya yang relatif kecil.
c.   Jumlah produktivitas atau keluaran meningkat, jumlah diperoleh dengan penambahan masukan atau sumber daya yang relatif kecil.
4.      Pengukuran produktivitas secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a.   Produktivitas total adalah perbandingan antara total keluar (output) dengan total masukkan (input) per satuan waktu.
b.   Produktivitas parsial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukkan dengan per satuan waktu seperti upah kerja, kapital, bahan, energy dan beban kerja.
5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja:
a.   Motivasi
b.   Kedisiplinan
c.   Etos kerja
d.   Keterampilan
e.   Pendidikan
(Tarwaka, 2004)
6.      Waktu Kerja
Waktu kerja dapat menentukan efisiensi dan produktivitas, dalam hal ini segi-segi penting tentang waktu kerja meliputi:
a.   Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik
b.   Hubungan antara waktu kerja dengan istirahat
c.   Waktu bekerja sehari menurut periode yang meliputi siang dan malam
Lama seseorang bekerja sehari secara baik adalah 6 s.d 8 jam, sedangkan sisa waktu lainnya digunakan untuk kehidupan pribadi/ sosial/ masyarakat. Seseorang dalam seminggu dapat bekerja dengan baik selama 40 s.d 50 jam. Oleh karena itu, semakin panjang waktu kerja seseorang maka semakin besar terjadi hal yang tidak diinginkan misalnya kelelahan kerja yg menyebabkan kecelakaan kerja. Produktivitas akan mulai menurun apabila sesudah 4 jam bekerja, oleh sebab itu diperlukan waktu istirahat setengah jam sesudah 4 jam bekerja sehingga waktu kerja efektif seseorang dalam satu tahun adalah 47 minggu.
Hal ini mengakibatkan perlu adanya penetapan waktu longgar dan waktu baku untuk keperluan personal needs dengan istirahat melepas lelah dan alasan-alasan lain diluar kemampuan seseorang. Penyusunan factor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan wawancara kepada tiap kategori tentang :
a.       Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada pasien, misalnya ; rapat, penyusunan laporan kegiatan, dll.
b.      Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan.
c.       Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.
(Kemenkes RI, 2004)
D.    Penghitungan Indikator Kebutuhan Tenaga berdasarkan Beban Kerja (Work Load Indicator Staff Need atau WISN)
Work Load Indikator Staff Need (WISN) adalah indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan tenaga pada sarana berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi/ relokasi tenaga akan lebih mudah dan rasional.
1.   Perhitungan dengan metode WISN
a.   Mudah dioperasionalkan
b.   Mudah digunakan
c.   Secara teknis mudah diterapkan
d.   Komprehensif realistis
2.   Data yang dibutuhkan dalam menetapkan waktu kerja tersedia atau hari kerja
a.   1 tahun                    :      5 × 52 minggu = 260 (A)
b.   Cuti tahunan           :      12 hari (B)
c.   Diklat                      :      6 hari (C)
d.   Hari libur                :      15 hari (D)
e.   Sakit dan ijin/th      :      6 hari (E)
f.    Waktu kerja/hr        :      8 jam (F)
3.   Menetapkan waktu tersedia
Waktu kerja tersedia     :      {A – (B + C + D + E)} × F
4.   Menetapkan unit kerja dan kategori sumber daya manusia (SDM)
Untuk menetapkan unit kerja dan kategori sumber daya manusia maka data dan informasi yang dibutuhkan adalah:
a.   Struktur organisasi Unit Kerja Rekam Medis (UKRM), uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing unit
b.   Keputusan Direktur rumah sakit tentang pembentukan Unit Kerja Rekam Medis (UKRM) 
c.   Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja di UKRM
d.   PP 32 tentang tenaga kesehatan
e.   UU tentang jabatan fungsional
f.    Standar profesi, standar pelayanan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) di UKRM
5.   Menyusun Standar Beban Kerja
a.   Standar beban kerja merupakan volume atau kuantitas beban kerja satu tahun
b.   Disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia atau yang dimiliki oleh masing-masing kategori tenaga



6.   Beban Kerja
Meliputi:
a.   Kegiatan pokok yang dilaksanakan
b.   Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok
c.   Standar beban kerja/ tahun
7.   Rata-rata Waktu
a.   Suatu waktu yang dibutuhkan untuk suatu kegiatan pokok oleh masing-masing tenaga.
b.   Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan sangat bervariasi dan dipengaruhi: standar pelayanan, SOP, sarana prasarana yang tersedia dan kompetensi SDM
c.   Ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama bekerja dan kesepakatan bersama
d.   Sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan, standar pelayanan, SOP dan memiliki etos kerja yang baik.
8.   Standar Beban Kerja
a.   Volume atau kuantitas beban kerja selama satu tahun.
b.   Disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan (waktu rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh masing-masing kategori SDM.
Rumus penghitungannya adalah:
9.   Standar Kelonggaran
Tujuan dari diperolehnya faktor kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu adalah untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok atau pelayanan. Contoh faktor kelonggaran adalah: 
a.   Rapat, penyusunan laporan, menyusun pengebonan barang
b.   Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan
c.   Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan
Rumus menyusun standar kelonggaran
10. Penghitungan tenaga kerja
Sumber data yang dibutuhkan adalah
a.   Data yang diperoleh sebelumnya,
1)   Waktu kerja tersedia
2)   Standar beban kerja
3)   Standar kelonggaran


11. Kebutuhan SDM-UKRM
Rumusnya adalah:
(Kemenkes RI, 2004)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Rancangan Penelitian 
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif. Penelitian deskriptif  yaitu penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan  dari suatu variabel penelitian, Sedangkan kuantitatif yaitu jenis penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006). pendekatan yang digunakan adalah retrospektif yaitu pendekatan berdasarkan data-data yang sudah ada atau data masa lampau (Sugiyono, 2010).
Metode dalam  penelitian ini adalah observasi yaitu suatu prosedur yang berencana yang antara lain meliputi melihat dan  mencatat jumlah dan taraf  aktivitas tertentu yang ada hubunganya dengan  masalah yang diteliti (Notoatmodjo, S. 2005)
B.     Definisi Konsep
Tabel 3.1
Definisi Konsep
No
Konsep
Definisi Konsep
1
Beban kerja
Suatu kegiatan dan kemampuan kerja petugas Assembling dalam merakit dan meneliti dokumen rekam medis.
2
Target kerja per jam
Waktu  kegiatan bagian Assembling yang harus dicapai dalam per jamnya untuk meneliti ketidak lengkapan isi dokumen rekam medis.


No
Konsep
Definisi Konsep
3
Jumlah jam kerja per tahun
Waktu efektif yang dibutuhkan untuk meneliti kelengkapan dokumen rekam medis tiap tahunnya.
4
Kebutuhan tenaga kerja
Perkiraan jumlah tenga kerja yang di butuhkan pada periode yang akan datang  yaitu tahun 2013 s.d 2017.

C.    Subyek dan Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini subyek yang digunakan adalah petugas Assembling dan Analising, sedangkan obyek penelitian adalah Laporan Data Kegiatan Rumah Sakit (RL_1) tentang data  jumlah  pasien  rawat  inap tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 yang digunakan untuk mengetahui perkiraan kebutuhan tenaga kerja di Assembling dan Analising periode tahun 2013 s.d 2017.
D.      Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
1.      Instrumen Pengumpulan data
a.       Pedoman Observasi
Pedoman observasi berisi daftar jenis kegiatan yang akan diamati (Arikunto, 2010).
Untuk mendapatkan data:
1)      Prosedur tetap di bagian Assembling
2)      Jumlah kunjungan pasien Rawat Inap per tahun dari tahun 2008 hingga 2012
3)      Standar waktu pelayanan

2.      Cara Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara tidak terstruktur. Observasi yaitu data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung mengenai beban kerja petugas Assembling dan analising berdasarkan  tugas  pokok dan melihat data dari Rekapitulasi Laporan Data Kegiatan Rumah Sakit (RL_1) berupa data jumlah kunjungan pasien rawat inap periode tahun 2008 s.d tahun 2012, sedangkan wawancara tidak terstruktur  yaitu  data  yang diperoleh secara tidak langsung yaitu dengan berbincang untuk mengetahui hari kerja, jam kerja dan kegiatan diluar pekerjaan.
E.        Teknik dan Analisis Data
1.      Teknik Pengolahan Data.
Tahap-tahap pengolahan setelah data dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a.       Pengumpulan (collecting) :
Melakukan pengumpulan data mengenai beban kerja Assembling bagian kelengkapan
dokumen dan rata-rata jumlah kunjungan pasien rawat inap.
b.      Edit ( editing ) :
Mengoreksi, memperbaiki dan mengumpulkan data yang telah diperoleh menjadi informasi yang lebih berarti sesuai dengan tujuan penelitian.


c.       Tabulasi (tabulating ) :
Data yang diperoleh ditabulasikan berdasarkan  jenis data untuk memudahkan dalam  penyajian data.
d.      Penyajian :
      Memaparkan atau menyajikan hasil penelitian dalam bentuk tabel kemudian dilakukan interpretasi data.
2.      Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif dengan cara menguraikan atau memaparkan hasil penelitian yang di analisis berdasarkan teori yang telah dikemukakan dalam  tinjauan pustaka tanpa melakukan uji statistik, data yang di analisis adalah kebutuhan tenaga rekam medis Assembling menggunakan metode WISN.
F.    Jadwal Penelitian

Tabel 3.2
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

No
Kegiatan
Tahun 2011
Maret
April
Mei
Juni
Juli
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
1
Penyusunan Proposal KTI




















2
Validasi KTI




















3
Penyusunan KTI




















4
Penyempurnaan KTI




















5
Ujian KTI Nasional




















6
Perbaikan KTI Nasional




















7
Pengumpulan KTI






















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Penelitian
1.   Gambaran Umum
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi merupakan rumah sakit pemerintah yang mengalami 3 (tiga) tahap pembentukan sebelum menjadi seperti sekarang ini, meliputi jaman penjajahan Belanda (sampai 1942), jaman pendudukan Jepang (1942-1945) dan jaman kemerdekaan. Sedangkan mulai 1 Januari 1950 Rumah Sakit Bale Kusolo diambil alih dan dikelola oleh pemerintah RI dan menetapkan nama Rumah Sakit Bale kusolo diganti dengan Rumah Sakit ”Pusat” Surakarta. Mulai saat itu di Surakarta ada 3 buah rumah sakit yaitu Rumah Sakit ”Pusat” Surakarta (Mangkubumen), Rumah Sakit ”Surakarta” (Jebres) dan Rumah Sakit ”Kadipolo” Kadipolo. Ketiga rumah sakit tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah Semarang.
28
 
 Berdasar Surat Keputusan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I jawa Tengah di Semarang Nomor H. 149/2/3 dengan dasar dari Surat Kepala Dinas Kesehatan Rakyat Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah tertanggal 19 Pebruari 1960 Nomor K.693/UNH, menetapkan mempersatukan ketiga rumah sakit yang ada di kota Surakarta menjadi dalam satu organisasi di bawah satu orang pemimpin dengan stafnya yang bernama Rumah Sakit Umum ”Surakarta” dan masing-masing rumah sakit dispesilisasikan atau dijadikan unit-unit pelaksana diantaranya:
a.   Rumah Sakit Kadipolo disebut Rumah Sakit Komplek A, untuk pelayanan penyakit dalam.
b.   Rumah Sakit Mangkubumen disebut Rumah Sakit Komplek B, untuk pelayanan radiologi, kulit dan kelamin, gigi, mata, THT, bedah, saraf dan lain-lain.
c.   Rumah Sakit Jebres disebut Rumah Sakit Komplek C, untuk pelayanan kebidanan dan penyakit kandungan, anak dan keluarga berencana.
Mengingat Rumah Sakit Kadipolo dipandang tidak efisien maka bulan September 1976 dijadikan satu dengan Rumah Sakit Mangkubumen. Penggantian nama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta dikukuhkan dengan Surat Keputusan
Penggantian nama ini dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tanggal 19 Juli 1945 No. 44751/RS. Pada akhirnya gubernur Jawa Tengah melalui SK No. 445/29684 tanggal 24 Oktober 1988 menetapkan nama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.
Berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Dalam NegeriRI, Nomor: 544/Menkes/SKB/X/81, No: 043a/V/1981 ditetapkan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta sebagai Rumah Sakit Pendidikan.
Wilayah Surakarta oleh Pemerintah Provinsi Dati I Jawa Tengah ditetapkan sebagai wilayah pengembangan JawaTengah sehingga RSUD Dr. Moewardi yang merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah terbesrar di wilayah tersebut harus menyesuaikan dan mampu sebagai pusat rujukan wilayah Surakarta dan sekitarnya.Atas pertimbangan tersebut pada lokasi jebres kemudian dibangun bangunan fisik baru yang memenuhi standar rumah sakit A sekaligus rumah sakit pendidikan.
Pada tanggal 28 Pebruari 1997 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi lokasi Jebres diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto, dan sejak itulah seluruh kegiatan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi menjadi satu lokasi berdasarkan tanggal tersebut pula ditetapakan sebagai hari jadi Rumah Sakit.
a. Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi adalah:  
1)      Peningkatan kemandirian atau kemampuan pembiayaan rumah sakit.
2)      Peningkatan cakupan pelayanan bagi masyarakat menengah atas.
3)      Investasi sarana, prasarana, peralatan dan teknologi kesehatan sesuai tuntutan perkembangan.
4)      Penerapan manajemen sumber daya manusia profesional.
5)      Manajemen operasional terkini.
6)      Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang paripurna bermutu dan terjangkau dalam menjalankan fungsi sebagai pusat rujukan di wilayahnya.
7)        Terselenggaranya pendidikan dan pelatihan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang profesional, kompeten dan berkualitas.
8)      Terselenggaranya penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran klinik maupun ilmu kesehatan lain sehingga menjadi suatu institusi kesehatan yang terkemuka.
b.  Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi :
1)      Visi
Rumah Sakit Terkemuka Berkelas Dunia.
2)      Misi
a)       Menyediakan pelayanan kesehatan berbasis pada keunggulan sumber daya manusia, kecanggihan dan kecukupan alat serta profesionalisme managemen pelayanan.
b)      Menyediakan wahana pendidikan dan penelitian kesehatan yang umggul berbasis pada perkembangan ilmu pengutahuan dan teknologi kesehatan yang bersinergi dengan mutu pelayanan.
3)      Motto/ Jargon
Kami senang melayani anda dengan cepat, tepat  nyaman dan mudah.


2.  Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Assembling dan Analising di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.
Bagian Assembling di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian Assembling dan bagian Analising.
a.       Assembling
1)      Ikhtisar jabatan
a)      Mempersiapkan rekam medis yang akan di assembling.
b)      Menyerahkan rekam medis ke bagian analising.
c)      Membimbing mahasiswa yang praktek.
d)     Melaporkan hasil kerja kepada atasan.
2)      Hasil kerja
Rekam medis tersusun secara rapi dan sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan.
3)      Uraian tugas
a)      Menyiapkan rekam medis rawat inap yang sudah pulang dan siap di assembling.
b)      Mengurutkan lembar rekam medis sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan.
c)      Rekam medis yang lengkap di catat dibuku ekspedisi dan diserahkan ke bagian analising untuk diproses kelengkapan isi dokumen.


b.      Analising
1)      Ikhtisar jabatan
a)      Menyiapkan rekam medis rawat inap yang akan di assembling.
b)      Membuat KLPCM per SMF, per dokter dan per ruangan.
c)      Melakukan analisa kuantitatif.
2)      Hasil kerja
a)      Rekam medis lengkap secara lembar dan isi.
b)      Laporan angka KLPCM.
3)      Uraian tugas
a)      Meneliti lembar dan isi rekam medis.
b)      Jika ada ketidaklengkapan maka ditulis di formulir ketidaklengkapan dan dikembalikan ke bangsal yang merawat untuk dilengkapi dengan jangka waktu 14 hari.
c)      Rekam medis yang lengkap dicatat dibuku ekspedisi dan diserahkan ke bagian coding.
d)     Membuat rekapan ketidaklengkapan berdasarkan SMF dan dokter yang merawat.
e)      Menyerahkan laporan kepada atasan untuk ditanda tangani.
f)       Mengedarkan hasil laporan KLPCM ke masing-masing SMF.
3.   Prosedur Tetap Bagian Assembling di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi telah memiliki prosedur tetap pelayanan pasien bagian Assembling  yang telah di tetapkan oleh direktur rumah sakit dengan nomor dokumen 05-02-A-010 pada tanggal 01 juni 2012 dengan nomor revisi 03 05-02-A-010. Isi prosedur tetap bagian Assembling adalah sebagai berikut:
a.       Pengertian :  penyusunan lembar/formulir rekam medis baik rawat inap maupun rawat jalan sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
b.      Tujuan       :  informasi medis menjadi berkesinambungan sehingga dapat dijadikan sebagai alat komunikasi antar dokter, paramedis, non paramedis dan unit terkait lainnya yang membutuhkan.
c.       Kebijakan  :  dokumen rekam medis lengkap secara kuantitatif dan kualitatif dalam waktu 14 hari terhitung dari tanggal dikembalikannya ke bagian instalasi rekam medis.
d.      Prosedur    :
1)      Petugas menerima dokumen rekam medis dari ruang rawat inap.
2)      Petugas assembling mengecek dokumen rekam medis secara kuantitatif dan kualitatif.
3)      Dokumen rekam medis yang tidak lengkap dikembalikan ke ruangan dengan diberi catatan ketidaklengkapan di kertu kendali.
4)      Dokumen rekam medis yang lengkap diserahkan ke bagian koding.
5)      Petugas membuat laporan ketidaklengkapan pengisian catatan medis (KLPCM) per SMF, ruangan dan dokter.
e.       Unit Terkait  :
1)      Ruang rawat inap
Petugas Assembling menerima dokumen rekam medis dari instalasi rawat inap (IRI) dengan merakit formulir sesuai ketentuan dan meneliti kelengkapan isi dokumen kemudian menyerahkan dokumen yang lengkap ke bagian Coding.
4.      Jumlah kunjungan, beban kerja dan standar kelonggaran di bagian Assembling Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
a.       Jumlah pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
Berdasarkan data yang terdapat dibagian Assembling dalam melayani pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi periode tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Jumlah pasien rawat inap tahun 2008-2012

Tahun
Jumlah Pasien
2008
25180
2009
28420
2010
31894
2011
36326
2012
43905
Total
165725
Sumber :Data sekunder Rekapitulasi Laporan (RL_1) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi periode tahun 2008-2012

Jumlah kunjungan pasien rawat inap berdasarkan pada prosedur tetap dapat diketahui terjadinya peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi sejak tahun 2008 hingga 2012.
Untuk penghitungan perkiraan jumlah kunjungan pada tahun 2017 dengan metode kuadrat terkecil dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Jumlah Pasien Rawat Inap berdasarkan kuadrat kecil tahun
2008 s.d 2012
No
N
Y
x
∑x2
∑xy
1
2008
25180
-2
4
-50360
2
2009
28420
-1
1
-28420
3
2010
31894
0
0
0
4
2011
36326
1
1
36326
5
2012
43905
2
4
87810

Total
165725
0
10
45356

 

                           
   

       Dari persamaan diatas dapat diketahui perkiraan beban kerja petugas Assembling untuk periode tahun 2013 s.d 2017 dihitung dengan menggunakan rumus kuadrat terkecil yaitu :
Tabel 4.3
Jumlah Perkiraan Kunjungan Pasien RI
Periode Tahun 2013 s.d 2017

Tahun
X
Pasien Rawat Jalan
y = a + bx
2013
3
46.751,8
2014
4
51.287,4
2015
5
55.823
2016
6
60.358,6
2017
7
64.894,2
Jumlah

279.115
b.      Kebutuhan tenaga dengan rumus Work Load Indicator Staff Need (WISN) dibagian assembling Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi tahun 2013 s.d 2017.
Berikut data yang diperoleh dalam menetapkan waktu kerja yang ada, dimana seluruh data berdasarkan pada:
1)      Menetapkan waktu kerja yang ada
a)      Hari kerja (A)
Sesuai ketentuan, hari kerja di unit rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi adalah:
1 minggu   =  6 hari kerja
1 tahun      = 52 minggu
Maka hari kerja dalam 1 tahun adalah 312 hari
Jadi A = 312 hari
b)      Cuti tahunan (B)
Tiap pegawai Unit Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi mendapatkan kesempatan cuti selama 12 hari kerja pada setiap tahunnya. Oleh karena itu, untuk data cuti tahunan
 Jadi B  = 12 hari
c)      Pendidikan dan pelatihan (C)
Setiap pegawai di Instalasi RM mempunyai hak untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi / profesionalisme dengan mengikuti seminar / kursus / pelatihan dengan batasan hari selama 3 hari kerja dalam setahun.
Jadi C = 3 hari




d)     Hari libur nasional (D)
Merupakan hari libur nasional yang ditetapkan oleh pemerintah dengan jumlah hari libur nasional 14 hari dan cuti bersama 3 hari.
 Jadi D = 17 hari
e)      Ketidakhadiran kerja (E)
Rata-rata ketidakhadiran selama kurun waktu 1 tahun karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa pemberitahuan / ijin.
Ditetapkan untuk pegawai instalasi Rekam Medis adalah 3 hari
Jadi E = 3 hari
f)       Waktu kerja (F)
Waktu kerja dibagian Assembling Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi menurut prosedur tetap yang berlaku bahwa pelayanan dibuka mulai pukul:  
07.00 s.d 14.00 WIB, untuk hari Senin s.d Kamis     :     7 jam
07.00 s.d 11.00 WIB, untuk hari Jum’at                    :     4 jam
07.00 s.d 12.30 WIB, untuk hari Sabtu.                     :     5,5 jam
Maka rata-rata untuk jam kerja dalam 1 hari dapat diperoleh:
= 6,25 jam per hari
Jadi F = 6,25 jam / hari
Berdasarkan data tersebut dapat dilakukan penghitungan jumlah waktu kerja yang tersedia setiap tahun dengan rumus:
Waktu Kerja Tersedia          =  [A – (B + C + D + E)] x F
      = (312 – (12 + 3 + 17 + 3) × 6,25
      = (312 – 35) × 6,25
      = 277 × 6,25
      = 1.731,25 jam/ tahun
      = 103.875 menit
Sehingga dapat diperoleh waktu kerja tersedia 1.731,25 jam /tahun.
c.   Menyusun standar beban kerja
Bahwa dalam penetapan standar beban kerja diperoleh dengan adanya riran 3 dg pukul:h pada:n adl ata-rata waktu penyelesaian kegiatan pokok untuk meneliti dokumen rekam medis  pasien rawat inap adalah jumlah rata-rata waktu kegiatan pokok meneliti  tiap dokumen pasien rawat inap baik pasien baru dan pasien lama. Berikut data kegiatan pokok untuk tiap dokumen dan rata-rata waktu meneliti adalah sebagai berikut dengan rumus :
Rumus
 
 

                                
Tabel 4.4
Kegiatan Pokok Petugas Assembling RSUD Dr. Moewardi

Kategori tenaga kerja
Kegiatan pokok
Waktu yang tersedia
Rata2 waktu/menit
Standar beban kerja
Assembling
Menerima Dokumen dari URI
103.875
1’ 26”
82.440

Merakit isi dokumen
103.875
4’ 34”
23.934
Jumlah


6’
106.374



Kategori tenaga kerja
Kegiatan pokok
Waktu yang tersedia
Rata2 waktu/menit
Standar beban kerja
Analising
Mengecek dokumen rekam medis
103.875
6’ 55”
15.589

Dokumen yang tidak lengkap diberi catatan ketidaklengkapan dan dikembalikan ke bangsal
103.875
2’ 03”
51.170


Dokumen yang sudah lengkap diserahkan ke bagian coding
103.875
7’ 53”
13.795
Jumlah


16’ 11”
80.824

Bila waktu kerja yang tersedia sejumlah 103.875 menit/tahun dan bila dijadikan  jam  1.731,25  jam /tahun dan rata-rata waktu per kegiatan pokok bagian assembling sebesar 6 menit dan bagian analising sebesar 16,11 menit, maka dapat diperoleh standar beban kerja berdasarkan waktu kerja dan rata-rata waktu kerja per kegiatan pokok dalam setahun di bagian assembling adalah 106.374 menit per tahun bila dijadikan jam 1.772,9 jam/tahun dan di bagian analising adalah 80.824 menit per tahun dan bila dijadikan jam 1.347 jam/tahun.
d.      Menyusun standar kelonggaran
Untuk menyusun standar kelonggaran digunakan rata-rata waktu kelonggaran dan waktu kerja yang tersedia. Rata-rata waktu kelonggaran yang digunakan dari kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada pasien, frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan, dan waktu dapat dihitung dengan rumus :
 
 


Tabel 4.5
Kegiatan kelonggaran dan rata-rata waktu
Faktor Kelonggaran
Rata-Rata Waktu/hari
Rata-Rata Waktu/minggu
Waktu Kerja Tersedia
Standar Kelonggaran
Sholat
15 menit/hari
90 menit/minggu
1.731,25
0,051
Makan
15 menit/hari
90 menit/minggu
1.731,25
0,051
Kamar Mandi
10 menit/hari
60 menit/minggu
1.731,25
0,030
Brifing
10 menit/hari
60 menit/minggu
1.731,25
0,030
Jumlah



0,162

Berdasarkan waktu kerja yang tersedia 1.731,25 jam/tahun maka standar kelonggaran yang diperoleh adalah 0,162 jam/tahun.
4.      Penghitungan kebutuhan SDM              
Berdasarkan hasil penghitungan di atas diperoleh:
waktu kerja tersedia          :    1.731,25 jam /tahun
Jumlah kunjungan             :    279.115 pasien
Standar beban kerja          :    106.374 (assembling) dan 80.824 (analising)
Standar kelonggaran         :    0,162 jam/tahun
Jadi kebutuhan SDM untuk tahun 2017 adalah :
 
 


a.       Bagian Assembling

                  = 2,623 + 0,162 = 2,78 atau 3

b.      Bagian Analising

                  = 3,453 + 0,162 = 3,615 atau 4

Berdasarkan hasil penghitungan kebutuhan tenaga kerja dengan rumus WISN diperoleh hasil bagian assembling 2,78 atau 3  tenaga kerja untuk perkiraan tahun 2013-2017 dan bagian analising 3,615 atau 4 tenaga kerja yang artinya sudah terpenuhinya tenaga kerja dibagian assembling karena sudah tersedia 5 tenaga kerja.
Untuk bagian analising membutuhkan 1 penambahan tenaga kerja karena sudah tersedia 3 tenaga kerja di RSUD Dr. Moewardi.
B.    Pembahasan
Bagian Rekam Medis di RSUD Dr. Moewardi mempunyai bagian Assembling yang terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian Assembling dan bagian Analising.
Jumlah pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi tahun 2008-2012 sebanyak 165.725 dengan 6 hari kerja dalam 1 minggu dapat diperoleh 312  hari kerja dalam satu tahun, pegawai mendapatkan cuti tahunan 12 hari kerja, pegawai juga mendapatkan hak untuk mengikuti pendidikan selama 3 hari dalam satu tahun, adapula hari libur nasional 14 hari dan cuti bersama 3 hari kerja dalam satu tahun, petugas mendapatkan ijin sakit atau keperluan yang lain selama 3 hari keja dalam satu tahun, waktu kerja dibagian Assembling rata-rata dalam satu hari adalah 6,25 jam/hari, sehingga dapat diperoleh waktu kerja tersedia selama satu tahun adalah 1.731,25 jam/ tahun.
Berdasarkan beban kerja dari periode tahun 2008-2012 terdapat pasien rawat inap sejumlah 165.725 pasien dengan beban kerja prediksi tahun 2013 s.d 2017 terdapat sejumlah pasien rawat inap 279.115 pasien. Hal ini menunjukkan pada tahun 2013-2017 terjadi peningkatan jumlah kunjungan  sehingga beban kerja petugas Assembling bertambah. Menurut Rodahl bahwa hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh faktor dari dalam tubuh maupun luar tubuh pekerja, maka pekerjaan yang dilaksanakan oleh petugas Assembling termasuk pula dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal saat melakukan perakitan maupun pengecekan kelengkapan dokumen. Oleh karena itu pekerjaan yang dilakukan oleh seorang petugas Assembling akan dapat mencapai  produktivitas secara parsial dengan adanya beban kerja yang dilakukan setiap hari, maka terjadi keseimbangan antara pekerja dengan pekerjaannya dalam melakukan pelayanan pertama kali kepada pasien di rumah sakit. Selain itu, hal paling mendasar yang perlu dipertimbangkan dalam penempatan seorang tenaga kerja pada pekerjaan yang tepat guna mendorong peningkatan produktivitas kerja (Tarwaka, 2004).
Standar kelonggaran adalah rata-rata waktu yang dikerjakan diluar kegiatan pokok. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan selain kegiatan pokok seperti sholat, makan, ke kamar mandi dan brifing diperoleh standar kelonggaran 0,162 jam/ tahun.
Kebutuhan tenaga kerja di RSUD Dr. Moewardi tahun 2013-2017 menurut perhitungan WISN pertama kali dengan menentukan waktu kerja yang ada. Waktu kerja tersebut dipengaruhi oleh jumlah hari kerja selama satu tahun yaitu 312 hari dengan dikurangi hari cuti tahunan yaitu selama 12 hari, kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi petugas yaitu 3 hari dan hari libur nasional ditambah hari cuti bersama menjadi 17 hari kerja dalam jangka satu tahun. Selain itu ketidakhadiran kerja pegawai RSUD Dr. Moewardi dibatasi selama 3 hari dalam satu tahun dan waktu kerja dalam 1 hari yaitu 6,25 jam per hari, sehingga diperoleh waktu kerja efektif selama 1.731,25 jam/tahun.
Selanjutnya perlu menyusun standar beban kerja berdasarkan data-data yang ada dalam prosedur tetap RSUD Dr. Moewardi yang dipengaruhi oleh waktu kerja yang tersedia dan rata-rata waktu per kegiatan pokok. Rata-rata waktu per kegiatan pokok diambil dari rata-rata waktu yang digunakan oleh petugas dalam perakitan maupun pengecekan kelengkapan dokumen rekam medis pasien rawat inap, yaitu selama 6 menit untuk bagian Assembling dan 16,11 menit untuk bagian Analising. Sedangkan waktu kerja yang tersedia sebanyak 103.875 menit per tahun, maka standar beban kerja setiap tenaga kerja atau petugas dibagian Assembling sejumlah 1.772,9 jam/tahun sedangkan dibagian Analising sejumlah 1.347 jam/tahun di RSUD Dr. Moewardi.
Setelah itu, mencari standar kelonggaran dengan rata-rata waktu kelonggaran dan waktu kerja yang tersedia. Rata-rata waktu kelonggaran yang digunakan dari kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada pasien seperti sholat, makan, untuk ke kamar mandi dan brifing, dari jumlah jam kerja per hari yaitu 6,25 jam dan waktu efektif yang tersedia selama satu tahun yaitu 1.731,25 jam /tahun, maka hasil tersebut didapat standar kelonggaran sebesar  0,162 petugas setiap menit.
Untuk perkiraan periode 5 tahun mendatang dengan jumlah perkiraan kunjungan pasien rawat inap sejumlah 279.115 pasien maka dapat diketahui hasil penghitungan dengan rumus WISN diperoleh bagian Assembling membutuhkan 3 petugas, dengan adanya jumlah petugas yang telah ada yaitu 5 petugas maka petugas Assembling cukup terpenuhi oleh jumlah yang telah ada. Dan untuk bagian Analising diperoleh kebutuhan tenaga kerja sejumlah 4 petugas, dengan adanya jumlah yang telah tersedia 3 petugas maka petugas bagian Analising masih belum terpenuhi, sehingga dapat ditambahkan 1 petugas.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.      Simpulan
1.    Berdasarkan jumlah kunjungan pasien periode tahun 2008-2012 diperoleh kunjungan rawat inap sejumlah  165.725 kunjungan pasien. Dengan setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat inap.
2.    Jumlah jam kerja per lima tahun RSUD Dr. Moewardi berdasarkan jam kerja efektif per tahun yaitu sebesar 1.731,25  jam/tahun, dimana memperhitungkan minggu efektif selama satu tahun 52 minggu, jam kerja efektif per minggu 6 hari, dengan jam kerja efektif per hari 6,25 jam.
3.    Berdasarkan kegiatan pokok bagian Assembling di RSUD Dr. Moewardi dari menerima dokumen dan merakit formulir dokumen rekam medis mendapatkan rata-rata standar beban kerja 1.772,9 jam/tahun, sedangkan Analising yang merupakan sub bagian dari Assembling yang meneliti kelengkapan dokumen sampai menyerahkan ke bagian coding mendapatkan rata-rata standar beban kerja 1.347 jam/tahun.
4.    Dari beberapa faktor kelonggaran bagian Assembling di RSUD Dr. Moewardi mendapatkan rata-rata dalam satu hari 10 menit – 15 menit per kegiatan. Sehingga dapat diperoleh standar kelonggaran 0,162 jam/tahun.
5.    Prediksi kebutuhan tenaga kerja berdasarkan metode WISN diperoleh 3 orang petugas dengan sudah tersedianya 5 orang petugas maka sudah terpenuhinya petugas bagian Assembling. Sedangkan penambahan petugas Analising yang merupakan sub bagian dari Assembling adalah 4 orang petugas dengan sudah tersedia 3 orang petugas maka perlu menambahkan 1 orang petugas Analising di RSUD Dr. Moewardi untuk periode tahun 2013-2017.

B. Saran
1.    Mempertahankan kualitas pelayanan pasien sehingga angka kunjungan pasien terus meningkat.
2.    Perlu adanya peraturan yang tetap terkait dengan hari kerja tiap tahun.
3.    Untuk lebih memperjelas job discription (tupoksi) dari masing-masing sub bagian, maka dibuat terpisah sesuai dengan kegiatan (job discription) dari masing-masing sub bagian tersebut, yaitu Assembling perakitan dokumen dan analising meneliti ketidaklengkapan dokumen.
4.    Perlu ada peraturan yang jelas tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan diluar jam kerja, sehingga petugas dapat bekerja maksimal dalam jam kerja.
5.    Untuk penambahan tenaga kerja di RSUD Dr. Moewardi dalam jangka waktu tahun 2013-2017 di bagian Assembling sudah cukup terpenuhi. Sedangkan penambahan tenaga kerja Analising yang merupakan sub bagian dari Assembling perlu menambahkan 1 orang petugas.

BY : PEPINA RIZKI TRI VIANA (10.0.A.336)

No comments:

Post a Comment