Program Diploma
III Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
Akademi Perekam
Medis dan Informatika Kesehatan
Mitra Husada
Karanganyar
2012
ABSTRAK
Agung Kurniawan
Analisis
Pemanfaatan Data
Sensus Harian Rawat Inap Untuk Pelaporan Indikator Pelayanan Rawat
Inap Di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Soeroto Ngawi
Berdasarkan
survey pendahuluan di RSUD dr. Soeroto Ngawi tentang SHRI. Dapat diketahui bahwa penggunaan SHRI tidak maksimal sehingga keberadaannya hanya
sebagai pelengkap atau formalitas, yang sebenarnya bila di fungsikan dan
dimanfaatkan secara maksimal dapat digunakan untuk pembuatan pelaporan serta
indikator pelayanan rumah sakit yang digunakan untuk perencanaan
yang akan dilakukan oleh pihak menajemen. Baik dalam hal peningkatan mutu
pelayanan, penambahan tenaga medis, kinerja dokter dan perawat, penambahan
peralatan medis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pemanfaatan data sensus harian rawat inap yang digunakan untuk pelaporan
indikator pelayanan rawat inap di RSUD dr. Soeroto Ngawi
Jenis penelitian
adalah deskriptif dengan pendekatan restropektif dan metode pengumpulan data dengan observasi dan wawancara yang dianalisis secara deskriptif. Obyeknya
penelitian adalah kebijakan pemanfaatan data SHRI dan subyeknya petugas analising reporting.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pemanfaatan data SHRI udah terlampir pada BPPRM RSUD dr. Soeroto Ngawi tetapi tidak ada prosedur tetap tentang pemanfaatan data
SHRI. Pihak yang mengolah data SHRI adalah petugas analising reporting. Data yang digunakan oleh petugas analising reporting untuk pembuatan Indikator Pelayanan Rawat
Inap hanya Hari Perawatan dan Lama Dirawat Pasien sebagai dasar penghitungan
BOR, AvLOS, TOI sedangkan BTO diambil dari register pasien rawat inap. Laporan dibuat
dengan perhitungan secara manual dan komputerisasi disajikan berbentuk Tabel, Grafik
Trend, Grafik Batang, Grafik Barber Johnson. Pihak yang
memanfaatkan informasi indikator pelayanan rawat inap adalah management rumah sakit, dokter/mahasiswa,
peneliti, badan akreditasi, dinas kesehatan.
Pemanfaatan data SHRI tidak
dilaksanakan secara maksimal karena data yang dihasilkan tidak akurat sesuai
aslinya, Disebabkan tidak adanya prosedur tetap dan petunjuk tertulis tentang
pengisian sensus harian serta sumber data pembuatan pelaporan. Saran dari penelitian ini adalah membuat Prosedur Tetap dan Petunjuk Tertulis (lampiran 6 dan 7) yang
jelas khususnya untuk mekanisme pelaksanaan SHRI, sehingga pemanfaatan fungsi
SHRI dapat digunakan secara maksimal.
Kata Kunci : Pemanfaatan Data
Sensus Harian Rawat Inap
Kepustakaan : 14 (1995-2010)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam PerMenKes No. 269
MENKES/PER/III/2008 Bab III pasal 7, bahwa sarana pelayanan kesehatan wajib
menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan rekam medis.
Rekam medis diselenggarakan oleh Unit Rekam Medis.
Rumah sakit sebagai sarana
pelayanan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan rawat inap yang
dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Penyelenggaraan pelaporan merupakan
salah satu bagian pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menunjang
tercapainya tertib administrasi dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam
hal ini diperlukan pencatatan dan pengolahan data secara lengkap dan benar agar
menghasilkan informasi yang akurat dan berkesinambungan.
Pemanfaatan data pelaporan ini berhubungan
dengan mekanisme
alur prosedur pelayanan untuk
kepentingan internal dan eksternal rumah sakit terutama untuk mengetahui indikator-indikator pelayanan. Pemanfaatan
data pelaporan untuk
kepentingan internal rumah sakit dimanfaatkan bagi kepentingan pihak pelayanan kesehatan untuk mengetahui standart mutu
pelayanan yang sudah dilaksanakan. Sedangkan untuk kepentingan eksternal rumah
sakit dimanfaatkan bagi pihak pendidikan/penelitian, dan pihak Dinas Kesehatan. Oleh karena itu, perlu adanya
prosedur tetap dalam pemanfaatan data dan mekanisme unit rekam medis dengan
tujuan mengantisipasi terjadinya kesulitan dalam pengambilan informasi dan
memutuskan suatu pelayanan medis maupun penggunaan data pelaporan oleh
pihak-pihak yang membutuhkan untuk pelaporan statistik, hukum, pendidikan,
badan akreditasi.
Dari penggunaan
Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) yang tidak maksimal sehingga keberadaan Sensus
Harian Rawat Inap (SHRI) hanya sebagai pelengkap atau formalitas, yang
sebenarnya bila di fungsikan dan dimanfaatkan secara maksimal dapat digunakan
untuk pembuatan pelaporan dan mengetahui mutu pelayanan dengan indikator
pelayanan rumah sakit sehingga
mempermudah pekerjaan petugas.. Indikator Rumah
Sakit memiliki pengertian parameter yang menggunakan dan mengolah sumber data
dari pelayanan pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan informasi,
fakta, dan pengetahuan berkaitan dengan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengambil judul “Analisis Pemanfaatan Data Sensus Harian Rawat Inap Untuk Pelaporan Indikator
Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi ”.
B.
Perumusan Masalah
Bagaimana pemanfaatan data sensus harian rawat inap untuk pelaporan indikator
pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi ?
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mengetahui pemanfaatan data sensus
harian rawat inap yang digunakan untuk pelaporan indikator pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Soeroto
Ngawi.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui
Kebijakan rumah sakit tentang sumber data pelaporan Indikator Pelayanan
Rawat Inap.
b.
Mengetahui
pihak yang mengolah data sensus harian rawat inap (SHRI).
c.
Mengetahui pengolahan data Sensus
Harian Rawat Inap (SHRI) untuk pelaporan indikator pelayanan
rawat inap.
d.
Mengetahui penyajian dan manfaat indikator pelayanan rawat inap untuk rumah
sakit.
e.
Mengetahui
pihak yang memanfaatkan data indikator pelayanan rawat inap.
D.
Manfaat
1.
Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan
dan pengetahuan mahasiswa tentang penggunaan Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) serta indikator pelayanan rumah sakit.
2.
Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan
masukan bagi rumah sakit dalam meningkatkan mekanisme pemanfaatan
data sensus harian
rawat inap dan pelaporan eksternal maupun
internal rumah sakit.
3.
Bagi Akademi
Sebagai bahan
referensi kepustakaan khususnya tentang pemanfaatan data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) dan pelaporan eksternal maupun internal rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Rekam Medis
1.
Pengertian
Rekam Medis
Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 269/MENKES/PER/III/2008 disebutkan bahwa rekam medis
adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
Selain itu, rekam
medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang
identitas, anamnese, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa serta segala
pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepda pasien dan pengobatan baik
yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.
(Depkes , RI ,
2006)
Sedangkan
pengertian rekam medis menurut pasal 46 ayat (1) UU No. 29 tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran, adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
2.
Tujuan
dan Kegunaan Rekam Medis
a.
Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam medis adalah menunjang
tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
b.
Kegunaan rekam medis
Menurut Gibony tahun 1991 kegunaan rekam
medis dikenal dengan istilah ALFRED, yaitu:
1)
Aspek administrasi (administration),
karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab
sebagai tenaga medis dan paramedik dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2)
Aspek hukum (legal), karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam
rangka usaha menegakkan serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan
keadilan.
3) Aspek keuangan (financial), karena
isinya mengandung data atau informasi yang dapat dipergunakan dalam aspek
keuangan, yang berkaitan dengan pengobatan, terapi serta tindakan-tindakan yang
diberikan pada pasien selama dirawat di rumah sakit.
4) Aspek penelitian (research), karena
isinya menyangkut data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
5) Aspek pendidikan (education), karena
isinya menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dan
kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien, informasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran di bidang kesehatan.
6) Aspek dokumentasi (documentation),
karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai
sebagai bahan pertanggung jawaban dan pembuatan laporan rumah sakit.
(DepKes, RI. 2006)
3.
Pemanfaatan isi Rekam Medis
Pada hakekatnya rekam medis merupakan
sumber data yang dapat di manfaatkan untuk berbagai macam kepentingan. Untuk
data dengan identitas (by name data) perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Siapa yang meminta data, yaitu:
1) Pasien
2) Penegak hukum
3) Pihak lain
b. Untuk kepentingan apa, yaitu:
1) Kepentingan
yang dapat membantu pihak pasien untuk kepentingan hukum atau klaim asuransi.
2) Kepentingan
penegak hukum (law information)
Untuk kepentingan penegak hukum harus
memperhatikan berita acara yang berlaku dan bila untuk kepentingan yang dapat
membantu pihak lain harus terdapat ijin dari pasien yang bersangkutan.
3) Kepentingan
yang dapat membantu atau menguntungkan pihak lain.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
269/MenKes/PER/III/2008, pasal 13 bab V tentang Kepemilikan, Pemanfaatan dan
Penanggungjawab yang berisi:
1) Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai
sebagai:
a) Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien.
b) Alat bukti dalam proses penegakkan hukum, disiplin, kedokteran dan
kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi.
c) Keperluan pendidikan dan penelitian
d) Dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan, dan
e) Data statistik kesehatan.
2) Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf C yang menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan secara
tertulis dari pasien atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya.
3) Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan
pendidikan dan penelitian tidak diperlukan persetujuan pasien bila dilakukan
untuk kepentingan negara.
Pemanfaatan dokumen rekam
medis untuk keperluan:
1) Pendidikan dan penelitian
a.
Untuk pembuatan makalah, riset, dan
lain-lain oleh seorang dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
b.
Mahasiswa kedokteran.
2) Pasien
Dalam hal
peminjaman dokumen rekam medis bagi pasien untuk mendapatkan perawatan lanjutan
di rumah sakit lain atau institusi lain, biasanya dengan memberikan resume
akhir pelayanan.
3) Asuransi
Rumah sakit harus
menyediakan formulir surat kuasa yaitu tanda tangan atau persetujuan tertulis
dari pasien saat dirawat.
4)
Hukum
Dibutuhkan oleh
individu dan organisasi yang secara hukum berhak mengetahuinya. Untuk keperluan pengadilan, maka bukti pelayanan yang terekam dan tercatat
dalam formulir rekam medis harus dianggap sebagai dokumen rekam medis resmi
dari suatu kegiatan pemberi pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenaran isinya. Bentuk yang diberikan berupa salinan rekam medis yang telah
dilegalisasi atas permintaan pengadilan. Bila diminta aslinya harus
ada permintaan secara tertulis dan pada saat diserahkan harus ada bukti tanda
terima dari pengadilan pada setiap lembar rekam medis yang diserahkan. (Shofari, B.
2002)
B.
Statistik Rumah Sakit
1.
Pengertian
Statistik
Kata
Statistik berasal dari status atau negara yang mencakup 3 pengertian yaitu
sebagai ilmu, kegiatan dan data (Chandra, B. 1995). Kata statistik dapat
diartikan dalam berbagai macam arti , salah satu arti telah disebutkan dan arti
lainnya adalah sebagai ”Angka”
yaitugambaran suatu keadaanyang dituangkan dalam angka. Statistik dapat juga
diartikan sebagai hasil dari perhitungan seperti rerata, median, standar
deviasi, dan lain-lain.
2.
Pengertian
Statistik Rumah Sakit
Statistik
menurut Undang-Undang RI No. 7 tahun 1960 adalah keterangan berupa angka-angka
yang memberikan gambaran yang wajar dari seluruh ciri-ciri kegiatan dan keadaan
masyarakat indonesia.
Secara umum
statistik adalah disiplin ilmu yang mempelajari metode dan prosedur
pengumpulan, penyajian, analisa dan penyimpulan suatu data mentah, agar
menghasilkan informasi yang lebih jelas untuk keperluan suatu pendekatan ilmiah
(scientific inferences), dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Statistik
rumah sakit adalah statistik kesehatan yang bersumber pada data rekam medik
sebagai informasi kesehatan yang digunakan untuk memperoleh kepastian bagi
praktisi kesehatan, manajemen dan tenaga medis dalam pengambilan keputusannya.
Statistik
rumah sakit yaitu statistik yang menggunakan dan mengolah sumber data dari
pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan informasi, fakta, dan
pengetahuan berkaitan dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
(Sudra, R I. 2010)
3.
Manfaat
Statistik Rumah Sakit
Ada beberapa
manfaat statistik rumah sakit diantaranya adalah:
a.
Untuk
membandingkan kinerja rumah sakit yang dulu dan yang akan datang.
b.
Perencanaan
masa mendatang.
c.
Menilai
kinerja petugas rumah sakit (rekam medis, perawat, dokter dan tenaga lain).
d.
Dasar
untuk mengajukan permohonan dana.
e.
Riset
(Penelitian).
4.
Statistik
dan Pelaporan Rumah Sakit
a.
Indikator
Statistik Rumah Sakit
Pengumpulan data di
rumah sakit merupakan data yang dikiumpulkan setiap hari dari pasien rawat inap
dan rawat jalan. Data tersebut berguna untuk memantau perawatan pasien setiap
hari, bulan, dan lain-lain. Informasi dari statistik rumah sakit digunakan
untuk perencanaan, memantau pendapatan dan pengeluaran dari pasien oleh pihak
manajemen rumah sakit.
Indikator-indikator
pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu,
dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari
sensus harian rawat inap :
1)
BOR (Bed Occupancy Rate / percentage bed occupanpcy)
Bed Occupancy Rate (BOR) merupakan angka
yang menunjukkan presentase tingkat penggunaan Tempat Tidur pada satuan waktu
tertentu di Unit Rawat Inap (bangsal). Standard nilai ideal Barber
Johnson menurut
DepKes RI untuk BOR 70 – 85 %.
Apabila nilai BOR lebih dari 85 %
maka pelayanan yang dijalankan oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain
kurang efektif, hal tersebut dapat dikarenakan :
a)
Beban kerja tinggi
b)
Ruang kerja terbatas namun
penggunaan Tempat Tidur yang berlangsung secara terus – menerus.
c)
Meningkatnya kualitas pasien
memperoleh perawatan yang layak dibutuhkannya.
d)
Memperpanjangkan masa
penyembuhan pasien.
Adapun rumus Bed
Occupancy Rate :
BOR = x
100%
Manfaat penghitungan BOR yaitu untuk
mengetahui tingkat penggunaan Tempat Tidur suatu rumah sakit. Angka BOR yang
rendah kurangnya penggunaan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat.
2)
AvLOS (Average Length Of Stay)
Average Length Of Stay disebut juga lama
dirawat merupakan jumlah hari kalender dimana pasien mendapatkan perawatan
rawat inap di rumah sakit, sejak tercatat sebagai pasien rawat inap (admisi) hingga keluar dari rumah sakit (discharge). Kondisi pasien keluar bisa
dalam keadaan hidup maupun mati. Jadi pasien yang belum keluar dari rumah sakit
belum bisa dihitung hari Lama dirawatnya. Nilai ideal menurut DepKes RI untuk AvLOS adalah ± 3 –
12 hari.
Total dari lama hari rawat dapat diartikan
sebagai jumlah hari rawat yang didapat pada pasien, sampai pasien keluar hidup
atau meninggal.
Rumus Average Length
Of Stay :
AvLOS =
3)
TOI (Turn Over Interval)
Turn Over Interval menunjukkan rata-rata
jumlah hari sebuah Tempat Tidur tidak ditempati pasien. Hari “Kosong” ini
terjadi antara saat Tempat Tidur yang ditinggalkan oleh seorang pasien sehingga
digunakan lagi oleh pasien berikutnya. Nilai ideal menurut
DepKes RI untuk Turn Over Interval (TOI): 1-3 hari
Rumus Turn Over
Interval :
TOI =
4)
BTO (Bed Turn Over)
Bed Turn Over atau Troughput merupakan rerata jumlah pasien yang menggunakan setiap
Tempat Tidur dalam periode tertentu. Nilai BTO sangat membantu dalam menilai
tingkat penggunaan Tempat Tidur karena dalam dua periode bisa diperoleh angka
BOR yang sama tetapi angka BTO berbeda. Nilai ideal menurut DepKes RI Bed Turn Over (BTO) minimal 30 pasien dalam periode 1 tahun.
Rumus Bed Turn
Over :
BTO =
5)
NDR (Net Death Rate)
Net Death Rate merupakan angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar. Indikator ini dapat memberi gambaran mutu pelayanan di rumah
sakit. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per
1000 pasien keluar.
|
|
Rumus Net
Death Rate
NDR = x
1000
6)
GDR (Gross Death Rate)
Gross Death Rate merupakan angka kematian untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Nilai GDR
dapat ditolerir tidak lebih dari 45 per 1000 pasien keluar.
Rumus Gross Death Rate
GDR = x
1000
7)
Newborn death rate
Untuk
Newborn death rate merupakan kematian
yang dihitung terpisah. Bayi baru lahir termasuk bayi yang lahir hidup kemudian
meninggal. Kematian bayi baru lahir ini adalah jumlah bayi lahir yang meninggal
dibagi dengan jumlah bayi yang keluar (meninggal dan hidup) pada periode yang
sama. Pada Newborn death rate bayi
harus bayi lahir hidup.
Pada
keadaan dimana bayi lahir meninggal atau stillborn,
maka bayi ini tidak masuk dalam perhitungan gross
death rate, net death reat atau
newborn death rate. Keadaan dimana bayi lahir meninggal, dimasukan dalam fetal death rate. Kelahiran meninggal
dapat disebabkan gagal bernafas, gangguan jantung, terlilit tali pusar atau
otot yang lemah. Fetal death
mempunyai beberapa kategori didasari pada lama kehamilan dan berat, seperti:
a)
Early fetal death: kematian kurang dari
20 minggu kehamilan atau berat yang kurang dari 500 gram.
b)
Intermediate fetal death: kematian
karena minimal 20-28 minggu kehamilan atau berat diantara 501-1000 gram.
c)
Late fetal death: kematian lebih dari 28
minggu atau berat lebih dari 1000 gram.
Perhitungan
fetal death rate adalah
x 100
8)
Maternal death rate
Maternal death rate dapat diklasifikasikan langsung dan tidak langsung, untuk yang
langsung merupakan kematian karena proses melahirkan dan terjadi komplikasi.
Pada penyebab kematian langsung masuk dalam perhitungan maternal death rate. Untuk penyebab tidak langsung bisa karena
menderita penyakit yang berkembang selama kehamilan tersebut, efek psikologis
dari kehamilan yang dapat bertanggung jawab terhadap kematian.
Maternal death rate adalah indikator yang digunakan pada pengukuran keberadaan layanan
prenatal disuatu komunitas, cara perhitungannya adalah:
x 100
(Hatta, G. 2010)
b.
Pelaporan
Rumah Sakit
Pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat
organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan laporan secara cepat, tepat,
dan akurat yang secara garis besar jenis pelaporan rumah sakit dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok yaitu :
1)
Laporan
Internal Rumah Sakit
Laporan
internal rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit. Jenis laporan
tersebut meliputi :
a)
Pasien
rumah sakit diklasifikasikan menjadi :
1.
Pasien
Umum
2.
Pasien
Kebidanan
3.
Pasien
Anak
4.
Bayi
Lahir di Rumah Sakit
5.
Bayi
kiriman dari luar
b)
Pasien
keluar rumah sakit diklasifikasikan menjadi :
1.
Pasien
Umum
2.
Pasien
Kebidanan
3.
Pasien
Anak
4.
Bayi
Lahir di Rumah Sakit
5.
Bayi
kiriman dari luar
c)
Pasien
meninggal di rumah sakit diklasifikasikan menjadi :
1.
Pasien
Umum
2.
Pasien
meninggal kurang dari 48 jam
3.
Pasien
meninggal lebih dari 48 jam
4.
Pasien
Death On Arrival (DOA)
5.
Pasien
Stillbirth
6.
Net Death Rate (NDR)
7.
Gross Death Rate (GDR)
8.
Maternal Death Rate (MDR)
d)
Lamanya
pasien dirawat diklasifikasikan menjadi :
1.
Pasien
Umum
2.
Pasien
Kebidanan
3.
Pasien
Anak
4.
Bayi
Lahir di Rumah Sakit
5.
Bayi
kiriman dari luar
e)
Hari
perawatan pasien (HP) diklasifikasikan menjadi :
1.
Pasien
Umum
2.
Pasien
Kebidanan
3.
Pasien
Anak
4.
Bayi
Lahir di Rumah Sakit
5.
Bayi
kiriman dari luar
f)
Persentase
pemakaian Tempat Tidur (Bed Occupancy
Rate (BOR)), diklasifikasikan menjadi :
1.
Pasien
Umum
2.
Pasien
Kebidanan
3.
Pasien
Anak
4.
Bayi
Lahir di Rumah Sakit
5.
Bayi
kiriman dari luar
g)
Kegiatan
persalinan diklasifikasikan menjadi :
1.
Letak
belakang kepala
2.
Vacum
Ekstraksi
3.
Sectio Caesarean
4.
Forcep
h)
Kegiatan
pembedahan dan tindakan medik lain, diklasifikasikan menjadi :
1.
Operasi
besar
2.
Operasi
sedang
3.
Operasi
kecil
i)
Kegiatan
Rawat Jalan meliputi :
1.
Laporan
pengunjung pasien
2.
Laporan
kunjungan pasien
3.
Laporan
konsultasi
4.
Laporan
kegiatan imunisasi
5.
Laporan
kegiatan keluarga berencana
6.
Laporan
kegiatan penunjang medis
Sensus harian menjadi dasar dalam
pelaksanaan pembuatan pelaporan rumah sakit yang kegiatannya dihitung mulai jam
00.00 s/d 24.00 setiap harinya.
2)
Laporan
Eksternal Rumah Sakit
Laporan eksternal rumah sakit ditujukan kepada Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DITJEN
YANMED), Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1410/Menkes/SK/X/2003
Tentang Penetapan Penggunaan Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia (Sistem Pelaporan
Rumah Sakit) Revisi V.
Pelaporan eksternal rumah sakit dibuat sesuai dengan kebutuhan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia yang meliputi :
a)
Data
Kegiatan Rumah Sakit (RL1)
b)
Data
Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap Rumah Sakit (RL 2a)
c)
Data
Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap Survailans Terpadu Rumah Sakit (RL 2a.1)
d)
Data
Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit (RL 2b)
e)
Data
Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan Survailans Terpadu Rumah Sakit (RL 2b.1)
f)
Data
Status Imunisasi (RL 2c)
g)
Data
Individual Morbiditas Pasien Rawat Inap, terdiri dari :
h)
Data
Dasar Rumah Sakit (RL 3)
i)
Data
Ketenagaan Rumah Sakit (RL 4)
j)
Data
Ketenagaan Individual Rumah Sakit (RS Vertikal DepKes) (RL 4a)
k)
Data
Peralatan Medik Rumah Sakit (RL 5)
l)
Data
Kegiatan Kesehatan Lingkungan (RL 5)
m)
Data
Infeksi Nosokomial Rumah Sakit (RL 6)
(Depkes,
2006)
5.
Data dan Informasi
Data adalah kumpulan angka atau fakta
hasil pengukuran atau keterangan mengenai suatu kejadian. Data belum dapat
memberikan arti ataupun manfaat dalam menunjang sistem manajemen apakah sudah
dilakukan pengolahan data. Data adalah sebagai bahan baku yang dalam suatu
pengolahan statistik, akan dapat dirubah menjadi informasi. Informasi adalah
sesuatu yang secara potensial dapat memberikan makna dan bermanfaat sebagai
bahan pengambilan keputusan bagi para manajer. (Davis, G. B. 1999).
C.
Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
1.
Pengertian
Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
Sensus
harian pasien rawat inap adalah kegiatan pencacahan/ penghitungan pasien yang
dilakukan setiap hari pada suatu ruang rawat inap. Berisi tentang mutasi keluar
masuk pasien selama 24 jam mulai dari pukul 00.00 sampai dengan 24.00
2.
Tujuan
Untuk memperoleh informasi
semua pasien yang masuk dan keluar Rumah Sakit selama 24 jam.
3.
Kegunaan
a.
Untuk
mengetahui jumlah pasien masuk, pasien keluar Rumah Sakit, meninggal di Rumah
Sakit .
b.
Untuk
mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.
c.
Untuk
mengitung penyediaan sarana atau fasilitas pelayanan kesehatan.
4.
Tanggung
Jawab Pelaksanaan
a.
Kepala
perawat pada masing-masing ruang rawat inap bertanggungjawab dalam pengisian
sensus harian.
b.
Perawat
atau Bidan yang memutasikan pasien atau petugas yang ditunjuk oleh kepala
perawat ruang rawat inap melaksanakan pengisian sensus harian sesuai petunjuk
yang telah ditetapkan.
c.
Formulir
sensus harian disediakan oleh unit pencatatan medik Rumah Sakit.
5.
Mekanisme
Pengisian
a.
Sensus
harian diisi segera setelah pasien masuk ruang rawat, pindah intern Rumah Sakit
dan keluar Rumah Sakit.
b.
Sensus
Harian untuk satu hari ditutup jam 24.00 dan sesudah itu dibuat resume sensus
harian untuk hari yang bersangkutan.
c.
Jika
ada pasien masuk Rumah Sakit atau keluar atau meninggal sesudah jam 24.00 maka
harus dicatat pada formulir sensus harian berikutnya.
d.
Sensus
harian dibuat rangkap tiga
1)
1
lembar untuk subbagian catatan medik
2)
1
lembar untuk P2RI
3)
1
lembar untuk arsip ruang rawat
e.
Sensus
harian dikirimkan pukul 08.00 setiap pagi.
f.
Lain-lain
Untuk Rumah Sakit kecil
mekanisme pembuatan Sensus Harian disesuaikan dengan kebutuhan
(Depkes, 2005)
D.
Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap
1.
Pengertian
Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap
Formulir perantara untuk
menghitung dan merekap jumlah pasien rawat inap selam satu bulan yang diterima
dari masing-masing ruang rawat inap.
2.
Tujuan
Untuk memperoleh informasi
semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit selama satu bulan secara keseluruhan
maupun pada masing-masing ruang rawat inap yang diperlukan bagi perencanaan,
pengawasan atau penilaian kinerja.
3.
Kegunaan
d.
Untuk
mengetahui jumlah pasien dirawat selama satu bulan atau satu triwulan.
e.
Untuk
mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur selama periode bulanan dan triwulan.
f.
Merupakan
data dasar mengenai pasien rawat inap yang perlu dilaporkan kepada Departemen
Kesehatan setiap triwulan pada formulir RL_1 hal 1.
4.
Tanggung
Jawab
a.
Kepala
unit pencatatan medik Rumah Sakit bertanggung jawab dalam pengisian
Rekapitulasi Sensus Harian pasien Rawat Inap.
b.
Staff
Unit Perekam Medis yang ditunjuk oleh Kepala Unit Pencatatan Medik Rumah Sakit,
melaksanakan pengisian rekapitulasi bulanan pasien Rawat Inap.
c.
Formulir
Unit Perekam Medik Rumah Sakit sesuai dengan format yang telah ditetapkan.
5.
Mekanisme
a.
Formulir
Rekapitulasi Bulanan RP.1 merupakan formulir standard untuk membuat
rekapitulasi pasien Rawat Inap setiap bulan yang kemudian dijumlahkan untuk
setiap triwulan.
b.
Formulir
Rekapitulasi Bulanan RP.1 dibuat satu lembar untuk masing-masing jenis
pelayanan Rawat Inap dan satu lembar untuk Rumah Sakit secara
keseluruhan.
c.
Formulir
Rekapitulasi Bulanan RP.1 diisi segera setelah Formulir Rekapitulasi Sensus
Harian selesai diisi secara lengkap.
d.
Formulir
Rekapitulasi Bulanan RP.1 diisi sesuai dengan data yang terdapat pada
Rekapitulasi Sensus Harian menurut jenis pelayanan yang ada.
e.
Formulir
Rekapitulasi Bulanan RP.1 diisi setiap hari untuk setiap lembar formulir RP.1
yang harus dibuat masing-masing Rumah Sakit. Formulir RP.1 harus selesai setiap
hari untuk setiap tanggal laporan.
(Depkes, 2005)
E.
Analising/ Reporting
1.
Bagian Analising/ Reporting adalah salah satu bagian dalam unit rekam
medis yang mempunyai tugas pokok :
a.
Mengumpulkan
data kegiatan rumah sakit dari sensus harian yang dicatat oleh unit pelanyanan
pencatatan data kegiatan rumah sakit, sensus harian sebagai dasar penyusunan
laporan kegiatan rumah sakit.
b.
Merekap
sensus harian sebagai dasar laporan kegiatan rumah sakit (RL_1).
c.
Mengumpulkan
dan mengolah data penyakit pasien rawat jalan dan rawat inap sebagai dasar
laporan morbiditas (RL_2) yang meliputi :
1)
RL_2a
Memuat data morbiditas pasien
rawat inap yang dikelompokkan menurut daftar tabulasi dasar. Untuk
masing-masing kelompok penyakit dilaporkan mengenai jumlah pasien keluar
menurut golongan umur dan menurut jenis kelamin, serta jumlah pasien mati untuk
masing-masing kelompok penyakit.
2)
RL_2b
Memuat data morbiditas pasien
rawat jalan yang dikelompokkan menurut daftar tabulasi dasar. Untuk
masing-masing kelompok penyakit dilaporkan mengenai jumlah kasus baru menurut
golongan umur dan menurut jenis kelamin dari kasus baru tersebut dan jumlah
kunjungan.
3)
RL_2a1 yaitu laporan keadaan
morbiditas survailans tepadu pasien rawat inap rumah sakit.
4)
RL_2b1 yaitu laporan keadaan morbiditas survailans terpadu pasien rawat
jalan rumah sakit.
5)
RL_2c
yaitu laporan yang memuat status imunisasi.
d.
Mengumpulkan
dan mengolah data sebab kematian sebagai dasar laporan mortalitas.
e.
Mengumpulkan
dan mengolah data inventaris rumah sakit sebagai dasar laporan inventaris rumah
sakit (RL_3).
f.
Mengumpulkan
dan mengolah data ketenagaan sebagai dasar laporan ketenagaan (RL_4).
g.
Mengumpulkan
dan mengolah data inventaris peralatan medis sebagai dasar laporan inventaris
peralatan medis (RL_5).
h.
Memuat
data infeksi nosokomial rumah sakit (RL_6).
i.
Mengolah
data rekam medis untuk analisis statistik.
2.
Informasi
yang dihasilkan fungsi analising
reporting dalam pelayanan rekam medis :
a.
Data
dan informasi kegiatan-kegiatan rumah sakit pada setiap unit pelayanan.
b.
Data
dan informasi morbiditas rawat inap.
c.
Data
dan informsi morbiditas rawat jalan.
d.
Data
dan informasi mortalitas rawat inap.
e.
Data
dan informasi mortalitas rawat jalan.
f.
Data
dan informasi imunisasi.
g.
Data
dan informasi ketenagaan.
h.
Data
dan informasi inventaris umum dan peralatan medis.
i.
Hasil
analisis statistik rumah sakit..
(DepKes, 2003)
BAB
III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif
yaitu penelitian yang hasilnya berupa diskripsi (penggambaran) keadaan objek
penelitian tanpa memberikan kesimpulan yang berlaku umum (generalisasi).
Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
observasi yaitu metode penelitian pengumpulan data dengan cara pengamatan
secara langsung terhadap objek penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah
secara retrospektif yaitu penelitian
pada tingkat penggunaan dokumen rekam medis (berdasarkan data masa lampau). (Arief, M.2003)
B.
Definisi Istilah
1.
Sensus harian rawat inap adalah kegiatan pencacahan/ penghitungan
pasien yang dilakukan setiap hari pada suatu ruang rawat inap.
2.
Prosedur tetap adalah kebijakan
rumah sakit dalam mekanisme pelayanan, suatu petunjuk pelaksanaan prosedur yang
tertulis sebagai panduan standarisasi dalam menjalani suatu kegiatan.
3.
Pemanfaatan data sensus harian rawat inap adalah proses, cara dan perbuatan
yang menjadikan data medis memiliki nilai guna atau faedah untuk
digunakan dan di laporkan seperti
indikator pelayanan, jumlah sarana dan prasarana.
4.
Indikator rawat inap adalah
parameter-parameter yang digunakan dalam mengetahui perolehan, kinerja pelayanan
rawat inap yaitu BOR, AVLos, TOI, BTO, NDR, GDR (Hatta, G.2008).
C.
Obyek dan Subjek Penelitian
Penelitian ini
menggunakan Objek penelitian adalah kebijakan dan mekanisme pemanfaatan data rekam medis Sensus Harian
Rawat Inap (SHRI). Subyek petugas analisisng
reporting unit rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi.
D.
Instrumen dan Cara Pengolahan Data
1.
Instrumen
Penelitian
a.
Pedoman
Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati objek yang
diteliti secara langsung pada saat penelitian, digunakan untuk mendapatkan
data:
1)
Mengetahui
Kebijakan rumah sakit tentang sumber data pelaporan Indikator Pelayanan
Rawat Inap
2)
Pihak
yang mengolah data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI).
3)
Pengolahan data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) untuk pelaporan indikator
pelayanan rawat inap.
4)
Penyajian dan manfaat indikator pelayanan rawat inap untuk rumah sakit
5)
Pihak
yang memanfaatkan data indikator pelayanan rawat inap
b.
Pedoman
Wawancara
Pedoman wawancara yaitu pengumpulan
data dengan cara tanya jawab langsung dengan nara sumber untuk mendapatkan data
mengenai prosedur pengunaan dan pemanfaatan data medis Sensus Harian Rawat Inap
(SHRI). Nara sumber dalam penelitian ini adalah petugas analising & reporting dan
petugas rawat inap.
2. Cara pengumpulan data
a.
Observasi
Observasi dilakukan, dengan mengamati secara
langsung terhadap obyek penelitian khususnya pemanfaatan data rekam
medis sensus harian rawat inap di Rumah Sakit Umum
Daerah dr.Soeroto Ngawi.
b.
Wawancara
Wawancara
yaitu cara yang digunakan jika sumber atau responden penelitian adalah manusia
yang dilakukan secara langsung. Dengan diajukannya pertanyaan-pertanyaan untuk
dijawab oleh responden.
E.
Teknik dan Analisis Data
1. Teknik
Pengolahan Data
Tahap-tahap
pengolahan setelah data dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Collecting : Melakukan pengumpulan data mengenai
pemanfaatan data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
d. Penyajian : Memaparkan atau menyajikan hasil penelitian
dalam bentuk narasi kemudian dilakukan interpretasi data.
2. Analisis Data
Analisis yang
digunakan adalah deskriptif yaitu memaparkan hasil-hasil penelitian yang sesuai
dengan keadaan sebenarnya dengan membandingkan teori-teori yang terkait dan
selanjutnya ditarik suatu kesimpulan tanpa melakukan uji statistik (Arief, M.
2003).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Gambaran Umum Rumah Sakit Umum
Daerah dr Soeroto Ngawi
a.
Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah
dr Soeroto Ngawi
Rumah
Sakit Umum Daerah dr Soeroto Ngawi keberadaanya telah dimulai sejak zaman
penjajahan Belanda, kemudian tahun 1920 direhabilitasi menjadi suatu Rumah
Sakit yang diprakarsai oleh dr. Soeroto. Rumah Sakit Umum Daerah dr Soeroto
Ngawi memiliki luas 50.800 meter persegi dan di perkirakan 18.253 meter persegi
sudah berupa bangunan (35,93 % dari tanah yang ada).
Rumah
Sakit Umum Daerah dr Soeroto Ngawi adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah
Kabupaten Ngawi. Rumah Sakit Umum Daerah dr Soeroto Kabupaten Ngawi adalah
Rumah Sakit Type C, berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor. 983/Menkes/SK/XI/1992.
b.
Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah dr Soeroto Ngawi
1)
Visi
Rumah Sakit Umum Daerah dr Soeroto
Ngawi adalah menjadi rumah sakit yang ramah dan terpercaya bagi masyarakat
2)
Misi
Misi Rumah Sakit Umum
Daerah dr Soeroto Ngawi
adalah ;
a)
Mewujudkan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang ramah, bermutu, memuaskan dan terjangkau semua lapisan
masyarakatdengan SDM yang profesional
b)
Menjamin ketersediaan sarana
dan prasarana rumah sakit
c)
Mewujudkan pelayanan
administrasi perkantoran yang profesional
d)
Mewujudkan rumah sakit yang indah,
bersih, tertib, dan aman dalam rangka menciptakan rumah sakit yang berwawasan
lingkungan
3)
Motto
“Kesembuhan dan
kepuasan anda adalah kebahagiaan kami”
2.
Pelayanan rawat inap terdapat 202
tempat tidur dengan pembagian kelas sebagai berikut :
Tabel 4.1
Jumlah Tempat Tidur
di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soeroto
Ngawi
Periode Tahun 2011
No
|
Bangsal
|
Keterangan
|
Jumlah Tempat Tidur
|
Jumlah
|
||||
Pav
|
VIP
|
I
|
II
|
III
|
||||
1
|
Cendana
|
Umum
|
12
|
12
|
||||
2
|
Anggrek
|
Umum
|
5
|
12
|
17
|
|||
3
|
Mawar
|
Penyakit Dalam wanita
|
6
|
34
|
40
|
|||
4
|
Melati
|
Penyakit Dalam pria
|
3
|
28
|
31
|
|||
No
|
Bangsal
|
Keterangan
|
Pav
|
VIP
|
I
|
II
|
III
|
Jumlah
|
5
|
Flamboyan
|
Bedah
|
4
|
22
|
26
|
|||
6
|
Teratai
|
Jiwa
|
16
|
16
|
||||
7
|
Wijaya
Kusuma
|
Bersalin
|
6
|
16
|
8
|
30
|
||
9
|
Bougenfil
|
Anak
|
3
|
27
|
30
|
|||
Jumlah total
|
12
|
5
|
24
|
32
|
135
|
202
|
c.
Fasilitas pemeriksaan penunjang
antara lain :
1)
Laboratorium
2)
Farmasi/apotik
3)
Radiologi
4)
Pemulasaraan jenazah
5)
USG (Ultra Sono Graphy)
6)
EEG (Electro Encephalo
Graphy)
7)
ECG (Electro Cardio Graphy)
8)
Slit Lamp (pemeriksaan dalam bola mata)
9)
Audiometri Fungsi (pemeriksaan fungsi pendengaran)
10)
Elektro Cauterisasi
11)
Brain Mapping dan EMG
12)
Treadmill
13)
Infant incubator
14)
Mobile X ray
15)
Ventilator
16)
Mammografi
3.
Kebijakan rumah sakit tentang sumber data pelaporan Sensus Harian Rawat
Inap (SHRI).
Sesuai dengan Buku Pedoman
Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi disebutkan bahwa “Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soeroto Ngawi melaksanakan pelaporan
rumah sakit adalah merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan untuk menghasilkan
laporan secara cepat, tepat, dan akurat“. Dilaporkan setiap tiga bulan sekali
ke Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soeroto Ngawi serta semua unit yang terkait, sensus harian dan register pasien
rawat jalan dan rawat inap merupakan dasar dalam pelaksanaan pembuatan laporan
rumah sakit.
Ada
pun laporan menurut Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Soeroto Ngawi yang
berdasarkan sensus harian dan register pasien rawat jalan dan rawat inap adalah
:
a.
Data Kunjungan Per Tribulan
b.
Perbandingan Data Kunjungan Per
Bagian Pelayanan
c.
Data Indikator Pelayanan Per
Bulan Rawat Inap
d.
Grafik Barber Johnson
e.
Analisa Data Indikator
Pelayanan
f.
Kesimpulan Analisis Efisiensi
BOR
g.
Indikator Pasien Rawat Jalan
Per Poliklinik
h.
Indikator Pelayanan Rawat Inap
Per Ruang
i.
Sepuluh Besar Penyakit
j.
Lima Belas Penyakit Terbesar
Penyebab Kematian
k.
Sepuluh Besar Tindakan /
Operasi
l.
Kegiatan Instalasi Bedah
Sentral (OK)
m.
Data Kematian Per Ruangan
n.
Presentase Kunjungan Rawat
Jalan
o.
Presentase Kunjungan Rawat Inap
p.
Presentase Kunjungan UGD
q.
Perbandingan Kunjungan
Pasien Umum, Askes, Maskin
4.
Pihak yang mengelola data
sensus harian rawat inap (SHRI)
Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi
dikelola dan diisi oleh unit rekam medis dan ruang rawat inap. Ruang rawat
inap/bangsal adalah sebagai pihak yang mengisi Sensus Harian Rawat Inap (SHRI).
Menurut Prosedur Tetap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi No. Dokumen
445/005/P.RM/1/2011 tentang Pengumpulan Sensus Harian Rawat Inap (lampiran 4), observasi
di lapangan dan wawancara pada petugas ruang rawat inap serta analising reporting , yang mengelola Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
adalah unit rekam medis/analising reporting adapun kegiatannya sebagai
berikut :
1)
Menyediakan formulir Sensus
Harian Rawat Inap (SHRI)
2)
Petugas analising reporting menerima Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) dari
petugas rawat inap yang telah ditunjuk.
3)
Melakukan perekapan Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
pada formulir RP.1.
4)
Mengolah data Sensus Harian
Rawat Inap (SHRI) menjadi beberapa indikator pelayanan.
5.
Pengolahan data Sensus Harian
Rawat Inap (SHRI) untuk pelaporan indikator pelayanan rawat inap
Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi diperoleh dari setiap bangsal perawatan
setelah itu dilanjutkan dengan rekapitulasi ke dalam formulir RP.1 dan dijadikan sebagai dasar pembuatan
indikator pelayanan rawat inap.
Adapun pengolahannya diproses
dengan mekanisme sebagai berikut :
Gambar 4.1
Flow Chart Mekanisme Pengolahan Data
Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soeroto
Ngawi
Periode Tahun 2011
Penjelasan
flow chart sebagai berikut :
a.
Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
a. Menurut Prosedur Tetap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi No.Dokumen
445/005/P.RM/1/2011 (Lampiran 3) tentang Pengumpulan Sensus Harian Rawat Inap,
sensus harian pasien rawat
inap adalah kegiatan pencacahan/ penghitungan pasien yang dilakukan setiap hari
pada suatu ruang rawat inap. Berisi tentang
mutasi keluar, masuk, pindahan, dipindahkan, meninggal, jumlah lama dirawat dan sisa pasien yang
dirawat dalam 24 jam.
b.
Tata cara pengisian formulir
Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
Sensus Harian Rawat
Inap (SHRI) Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto
Ngawi belum ada Petunjuk Teknis pengisian formulir. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
kepada petugas analising
reporting tentang
pengisian Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soeroto Ngawi pada form keluar, masuk,
penderita yang dipindahkan ke ruang lain, penderita pindahan dari ruang
lain, meninggal < 48 jam, meninggal ≥ 48 jam, berisi sama yaitu nomor
register, nama penderita, bagian atau kelas perawatan. Adapun resume di
(lampiran 5)
c. Manfaat pengisian
Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara pada petugas analising
reporting, dan ruang rawat inap, manfaat Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto
Ngawi sebagai berikut :
a)
Untuk
mengetahui jumlah pasien masuk, pasien keluar Rumah Sakit, meninggal di Rumah
Sakit.
b)
Untuk
mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.
c)
Untuk
mengitung penyediaan sarana atau fasilitas pelayanan kesehatan.
d.
Data yang terdapat dalam Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
Berdasarkan wawancara dengan petugas analising reporting diketahui data yang digunakan sebagai dasar
pembuatan indikator rawat inap sebagai berikut :
a)
Jumlah pasien awal per bangsal
dan kelas perawatan
b)
Jumlah pasien masuk per bangsal
dan kelas perawatan
c)
Jumlah pasien keluar per
bangsal dan kelas perawatan
d)
Jumlah pasien pindahan per
bangsal dan kelas perawatan
e)
Jumlah pasien dipindahkan per
bangsal dan kelas perawatan
f)
Jumlah hari perawatan per
bangsal dan kelas perawatan
g)
Jumlah lama dirawat per bangsal
dan kelas perawatan
h)
Jumlah pasien sisa per bangsal
dan kelas perawatan
b. Rekapitulasi RP.1
Dari data Sensus Harian Rawat Inap
(SHRI) selanjutnya di rekap ke dalam Formulir Rekapitulasi Bulanan RP.1 (lampiran 7) oleh petugas analising reporting yang bertujuan untuk menghitung dan merekap jumlah pasien rawat inap selama satu bulan yang
diterima dari masing-masing ruang rawat inap. Dengan tujuan untuk memperoleh informasi semua pasien
yang dirawat di Rumah Sakit selama satu bulan yang
dilaporkan dalam laporan triwulan secara keseluruhan maupun pada masing-masing ruang rawat inap, yang diperlukan bagi
perencanaan, pengawasan, pelaporan atau penilaian kinerja
Rumah Sakit Umum Daerah Ngawi dr. Soeroto.
Dari
RP.1 kemudian data diolah dalam bentuk
statistik rumah sakit yang terdiri dari beberapa parameter
indikator pelayanan untuk dilaporkan
sesuai dengan kebutuhan pelaporan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi.
c. Pelaporan indikator pelayanan rawat inap
Berdasarkan hasil pengolahan dari
data yang dihasilkan Formulir Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) yang
direkapitulasi pada Formulir
Rekapitulasi Bulanan RP.1 yang dilakukan perhitungan
secara manual dan komputerisasi dapat dilaporkan beberapa parameter dan pengolahan statistik
yang digunakan untuk indikator pelayaanan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Soeroto Ngawi, adapun data yang digunakan oleh petugas analising reporting yang
diambil dari Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) untuk pembuatan Indikator
Pelayanan Rawat Inap per ruang (Lampiran 11) hanya Hari Perawatan dan Lama
Dirawat, selanjutnya hari perawatan
digunakan sebagai dasar pembuatan :
1)
BOR (Bed Occupancy Rate),
2)
AvLOS (Average Length Of Stay),
3)
TOI (Turn Over Interval),
6.
Penyajian dan manfaat indikator
pelayanan rawat inap untuk rumah sakit
Dari hasil
pengolahan data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) yang di hitung sesuai parameter
indikator pelayanan rawat inap yang digunakan Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soeroto Ngawi, dapat dibuat pelaporan dengan perhitungan secara manual dan
komputerisasi disajikan dengan menggunakan aplikasi microsoft word dan excel,
adapun grafik barber johson dibuat
dengan menggunakan software pada
aplikasi microsoft excel, dan dapat
disajikan data yang berbentuk :
a.
Tabel, (lampiran 11)
b.
Grafik trend, (lampiran 12)
c.
Grafik batang, (lampiran 11)
d.
Grafik Barber Johnson, (lampiran 13)
Data
yang sudah diolah tersebut kemudian direkap pada tabel dan grafik berdasarkan
bulan dan tahun sesuai ruang atau keseluruhan ruang rawat inap. Data tersebut
dibuat secara berkesinambungan dari tahun sebelumnya.
Manfaat
dari pembuatan indikator pelayanan rawat inap, menurut observasi dan wawancara
dengan petugas analising reporting adalah:
a.
Sebagai dasar pengambilan
keputusan
b.
Mengukur tingkat pelayanan petugas kesehatan
c.
Perencanaan pengembangan alat
dan sarana kesehatan
d.
Untuk mengetahui tingkat kematian
dan kepuasan pasien rawat inap
7.
Pihak yang memanfaatkan indikator pelayanan rawat inap
Pihak yang
memanfaatkan indikator pelayanan rawat
inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi adalah :
a.Dinas
kesehatan
b.
Peneliti (mahasiswa atau dokter
muda)
c.Pihak manajemen
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi
d.
Badan akreditasi
B.
Pembahasan
1.
Kebijakan rumah sakit tentang sumber data pelaporan Sensus Harian Rawat
Inap (SHRI).).
Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi sudah memiliki kebijakan tentang pemanfaatan data Sensus
Harian Rawat Inap (SHRI) yang tertulis dalam Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam
Medis yang dibuat oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi yang menyatakan
bahwa “ …… sensus harian dan register pasien rawat jalan dan rawat inap
merupakan dasar dalam pelaksanaan pembuatan laporan rumah sakit “.
Dari
petunjuk kebijakan yang tertulis dalam Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi semua pelaporan sudah dibuat dan
dilaksanakan oleh pihak rumah sakit.
2.
Pihak yang mengelola data
Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Soeroto Ngawi
dikelola oleh petugas analising reporting.
Hal itu sudah sesuai dengan Prosedur Tetap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi No. Dokumen
445/005/P.RM/1/2011 tentang Pengumpulan
Sensus Harian Rawat Inap (lampiran 3), yang menyatakan bahwa, “Dilakukan proses
rekapitulasi pasien rawat inap harian dan bulanan oleh petugas rekam medis
kemudian dikumpulkan untuk bahan pelaporan kegiatan rumah sakit“, tetapi pada kutipan tersebut tidak menyatakan
unit kerja analising reporting yang
melakukan pengelolaan. Menurut observasi di lapangan dan wawancara pada petugas
analising reporting hal
tersebut diserahkan kepada Kepala Bagian Rekam Medis untuk menunjuk
anggotanya sesuai tugas pokok masing-masing dalam pelaksanaan kegiatannya.
Menurut DepKes, 2006 tentang
bahwa tugas pokok analising reporting salah
satunya adalah mengumpulkan
data kegiatan rumah sakit dari sensus harian yang dicatat oleh unit pelanyanan
pencatatan data kegiatan rumah sakit, sensus harian sebagai dasar penyusunan
laporan kegiatan rumah sakit.
3.
Pengolahan data Sensus Harian
Rawat Inap (SHRI) untuk pelaporan indikator pelayanan rawat inap
Ada
pun Prosedur Tetap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi No. Dokumen
445/005/P.RM/1/2011 tentang Pengumpulan Sensus Harian Rawat Inap (lampiran 3) hanya memuat tentang teknis pengumpulan
Sensus Harian Rawat Inap (SHRI), dalam prosedur tersebut isinya juga belum
memuat seluruh teknis mekanisme pengisian Sensus Harian Rawat Inap (SHRI).
Prosedur
Tetap sendiri adalah suatu petunjuk pelaksanaan prosedur yang tertulis sebagai
panduan standarisasi dalam menjalani suatu kegiatan. Prosedur Tetap akan sangat
membantu suatu unit pelaksana kegiatan pelayanan untuk menjalankan segala
aktifitas pelayanan agar tetap dapat menjaga mutu pelayanannya. Agar lebih baik
lagi kalau adanya prosedur tetap memuat seluruh mekanisme dan tujuan, manfaat,
pelaksana, penanggung jawab, pengertian, kebijakan, prosedur teknis yang runtun
dan jelas sehingga dapat menjadi pedoman/ panduan dalam melaksanakan pengisian
untuk memperoleh data yang valid dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Usulan
Prosedur Tetap dan Petunjuk Tertrulis trntang Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) (lampiran
4 dan 6) .
Data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi
diolah melalui beberapa tahapan. Sesuai hasil kegiatan data Sensus Harian Rawat
Inap (SHRI) diterima oleh petugas analising reporting lalu dilakukan
perekapan pada formulir RP.1 setelah itu dilakukan pengolahan data sesuai
kebutuhan pembuatan indikator pelayanan rawat inap. Adapun data yang digunakan
oleh petugas analising reporting yang diambil dari Sensus Harian Rawat Inap
(SHRI) untuk pembuatan Indikator Pelayanan Rawat Inap hanya Hari Perawatan dan
Lama Dirawat yang selanjutnya digunakan
sebagai dasar penghitungan BOR (Bed Occupancy Rate), AvLOS (Average Length Of Stay), TOI (Turn Over Interval).
Adapun BTO (Bed Turn Over) tidak bersumber dari Sensus Harian Rawat Inap
(SHRI) melainkan dari register pasien
rawat inap dan data ruang rawat inap. Dari 3 parameter diatas BOR (Bed
Occupancy Rate), AvLOS (Average
Length Of Stay), TOI (Turn Over
Interva), diolah dengan menggunakan rumus berdasar pada buku Ery R. 2009. Statistik Rumah Sakit
Untuk Pengambilan Keputusan dengan dasar buku Dep Kes
Menurut observasi di lapangan dan
wawancara pada petugas analising
reporting pemanfaatan data sensus
harian tidak dilakukan secara maksimal dikarenakan tidak disiplinnya pengisian
dan penyerahan Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
dikarenakan tidak adanya prosedur tetap dan petuntuk teknis pengisian
yang menyebabkan isi dari sensus harian tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya
seperti contoh :
a. Data jumlah pasien keluar
mati yang dicatat pada Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) dengan dokumen pasien
yang meninggal tidak sama, sehingga menyulitkan penghitungan NDR (Net Death Rate) dan GDR (Gross Death Rate)
b. Pasien yang dipindahkan tidak langsung ditulis sehingga jumlah
pasien pada ruang rawat inap berbeda, menyulitkan pembuatan laporan kunjungan
pasien rawat inap
c. Jumlah tempat tidur jika terjadi perubahan tidak lansung ditulis
pada Sensus Harian Rawat Inap (SHRI), sehingga petugas analising reporting harus menanyakan ke ruang rawat inap/bangsal
tentang jumlah tempat tidur hal menyulitkan penghitungan efisiensi tempat tidur
Petugas harus
mencari sumber data lain seperti register pasien rawat inap untuk menjadi dasar
sumber data pelaporan untuk dicocokkan dengan Sensus Harian Rawat Inap (SHRI),
hal ini mendorong petugas analising
reporting lebih memanfaatkan data di dalam register pasien rawat inap dari
pada Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) karena data register pasien rawat inap
lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Semua
data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) di isi dan di hitung semua tapi beberapa
data diisi tidak sesuai keadaan aslinya.
Maka pada pelaksanaannya semua hasil data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) tidak
dimanfaatkan maksimal. Maka perlu diadakannya sosialisasi petunjuk teknis
penulisan/pengisian dan prosedur tetap tentang Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
untuk petugas rawat inap utamanya perawat atau bidan dalam mekanisme
pelaksanaannya. Sehingga pembuatan, penyerahan, perekapan, Sensus Harian Rawat
Inap dilaksanakan petugas setiap hari dan sesuai keadaan aslinya agar tidak
perlu lagi mencocok kan data dengan register pasien rawat inap dan tidak
menambah beban kerja petugas, sesuai kebijakan Rumah Sakit dan prosedur tetap
yang ada.
4.
Penyajian dan manfaat indikator
pelayanan rawat inap untuk rumah sakit
Menurut observasi dan wawancara pada
petugas analising reporting Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi,
membuat pelaporan dengan perhitungan secara manual dan komputerisasi disajikan
dengan menggunakan aplikasi microsoft
word dan excel, adapun grafik barber johnson dibuat dengan menggunakan
software pada aplikasi microsoft excel, dan dapat
disajikan data yang berbentuk :
a.
Tabel
Tabel bermanfaat
untuk memperlihatkan pola, kecenderungan, kekhususan, perbedaan dan hubungan
lainyang ada pada data dan tabel dapat pula merupakan dasar untuk membuat
tampilan yang lain, seperti grafik. Tabel harus bersifat menerangkan dirinya
sendiri (self explanatory). Jika tabel dipisahkan dari teks yang
menyertainya, ia harus tetap bisa memberikan informasi yang diperlukan kepada
pembaca. (Hatta G, 2010)
b.
Grafik Trend
Grafik trend
merupakan grafik yang digunakan untuk menampilkan data berupa garis yang
dibentuk dari titik-titik yang mewakili setiap kategori yang yang dihubungkan
dengan garis dari titik satu dengan yang lain yang berfungsi untuk mendapatkan
gambaran perolehan dari setiap kategori. (Hatta G, 2008)
c.
Grafik Batang/Balok
Grafik Batang/Balok
(bar chart) merupakan grafik yang digunakan untuk menampilkan data dari
tabel satu variabel atau lebih. Tiap kategori tabel diwakili oleh satu balok.
Panjang balok sebanding dengan jumlah subyek atau kejadian pada kategori
tersebut.
(Hatta G, 2010)
d.
Grafik Barber Johnson
Rumusan dan paduan
empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan Tempat
Tidur untuk bangsal perawatan pasien. Keempat parameter yang dipadukan tersebut
BOR (Bed Occupancy Rate), AvLOS (Average Length Of Stay), TOI (Turn Over Interval), dan BTO (Bed Turn Over). Perpaduan keempat
parameter tersebut diwujudkan dalam bentuk Grafik Barber Johnson (BJ).
Manfaat Grafik Barber
Johnson :
1)
Membandingkan tinngkat
efisiensi pemggunaan tempat tidursuatu unit
(Rimah Sakit atau bangsal) dari waktu ke waktu dalam periode tertentu
2)
Memonitor perkembangan
pencapaian target efisiensi penggunaan tempat tidur yang telah ditentukan dalam
suatu periode tertentu
3)
Membandingkan tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur antar unit (misalnya antar bangsal di suatu Rumah
Sakit) dalam periode tertentu memantai dampak dari suatu penerapan kebijakan
terhadap efisiensi penggunaan tempat tidur
(Sudra, R I.2010)
Bentuk penyajian ini dilakukan sesuai kebutuhan
pelaporan dan permintaan dari management Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto
Ngawi dan dinas terkait, tidak ada prosedur tetap atau kebijakan rumah sakit mengenai bentuk
penyajian pelaporan
Manfaat
dari pembuatan indikator pelayanan rawat inap, menurut observasi dan wawancara
pada petugas analising reporting sudah sesuai dengan fungsi indikator pelayanan
rawat inap yaitu untuk memantau perawatan pasien setiap hari, bulan, dan
lain-lain. Informasi dari statistik rumah sakit digunakan untuk perencanaan, memantau
pendapatan dan pengeluaran dari pasien oleh pihak manajemen rumah sakit. Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
(Hatta, G.2010)
Menurut
Hatta G,2010 Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) dapat dijadikan sebagai sumber
data penghitungan
a.
AvLOS (Average Length Of Stay)
b.
BOR (Bed Occupancy Rate)
c.
BTO (Bed Turn Over)
d.
TOI (Turn Over Interval)
e.
NDR (Net Death Rate)
f.
GDR (Gross Death Rate)
g.
Newborn death rate
h.
Maternal death rate
Tetapi data Sensus Harian
Rawat Inap (SHRI) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi hanya digunakan
sebagai dasar penghitungan BOR (Bed
Occupancy Rate), AvLOS (Average
Length Of Stay), TOI (Turn Over
Interval).
5.
Pihak yang memanfaatkan indikator pelayanan rawat inap
Pihak yang berwenang dalam
memanfaatkan dokumen rekam medis adalah pihak yang bersedia memenuhi
persyaratan dan prosedur yang telah
disahkan oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi. Selain itu,
pihak yang memanfaatkan informasi indikator pelayanan rawat inap dari eksternal
Rumah Sakit seperti dokter muda /mahasiswa, peneliti, dinas kesehatan, harus
sepengetahuan dan mendapat ijin yang diperkuat dengan tanda tangan dari kepala rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi,
adapun pihak-pihak eksternal dan internal tersebut adalah:
a. Dinas kesehatan, memanfaatkan indikator pelayanan rawat inap untuk
bahan pelaporan ke tingkat lanjutan atas sebagai pengukur tingkat kinerja
pelayanan rumah sakit.
b. Peneliti, memanfaatkan indikator pelayanan rawat inap untuk
penelitian atau pembuatan skripsi. Peneliti ini termasuk mahasiswa, calon
dokter ataupun dokter yang mengikuti pendidikan lanjutan.
c. Pihak menagement, yang memanfaatkan
indikator pelayanan rawat inap salah satunya adalah Direktur rumah sakit dan
pihak perencanaan, direktur rumah sakit memanfaatkan informasi rekam medis
antara lain sebagai perencanaan pengembangan rumah sakit, perencanaan
pengembangan alat dan sarana kesehatan dan untuk mengetahui tingkat kematian
serta tingkat kinerja pelayanan rawat inap.
d. Badan akreditasi, memanfaatkan indikator pelayanan rawat inap untuk
bahan pertimbangan pemberian akreditasi rumah sakit.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
1.
Kebijakan rumah sakit tentang sumber data pelaporan Sensus Harian Rawat
Inap (SHRI).
Kebijakan sudah
terlampir pada Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis
yang dibuat oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi yang
melampirkan sensus harian adalah sebagai dasar bahan pelaporan.
2.
Pihak
yang mengolah data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI)
Pihak yang mengolah data sensus harian
rawat inap (SHRI) di serahkan kepada Kepala Bagian Rekam Medis yang menunjuk
petugas analising reporting atau
anggotanya sesuai tugas pokok masing-masing dalam pelaksanaan kegiatannya.
3.
Pengolahan data Sensus Harian
Rawat Inap (SHRI) untuk pelaporan indikator
pelayanan rawat inap
Pengolahan data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi dapat
menghasilkan pelaporan indikator rawat inap yaitu BOR (Bed
Occupancy Rate), AvLOS (Average
Length Of Stay), TOI (Turn Over
Interval).
Untuk BTO (Bed Turn Over) dan indikator pelayanan rawat inap yang lain tidak
di hitung berdasarkan Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) karena data sensus harian belum dimanfaatkan secara maksimal
dikarenakan kurang disiplinnya pengisian dan penyerahan Sensus Harian Rawat
Inap (SHRI) serta tidak ada adanya petunjuk pengisian Sensus Harian Rawat Inap
(SHRI)
4.
Penyajian dan manfaat indikator
pelayanan rawat inap untuk rumah sakit
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeroto Ngawi,
membuat pelaporan dengan perhitungan secara manual dan komputerisasi disajikan
data yang berbentuk Tabel, Grafik Trend, Grafik Batang, Grafik Barber Johnson (lampiran
11-13). Dari penyajian data tersebut rumah sakit dapat mengetahui perolehan
hasil pelayanan dari tahun ke tahun dan dapat mengetahui intregrasi data antar
unit pelayanan, dengan Grafik Barber
Johnson rumah sakit dapat mengetahui
efisiensi penggunaan tempat tidur,
Manfaat
dari pembuatan indikator pelayanan rawat inap untuk rumah sakit, adalah:
a.
Sebagai dasar pengambilan
keputusan
b.
Mengukur tingkat pelayanan petugas kesehatan
c.
Perencanaan pengembangan alat
dan sarana kesehatan
d.
Untuk mengetahui tingkat
kematian dan kepuasan pasien rawat inap
5.
Pihak
yang memanfaatkan data indikator pelayanan rawat inap
Pihak
yang memanfaatkan informasi indikator pelayanan rawat inap adalah pihak
eksternal dokter/mahasiswa, peneliti, dinas kesehatan pihak internal manajemen
rumah sakit, badan akreditasi.
B.
Saran
1.
Sebaiknya membuat Prosedur
Tetap dan Petunjuk Tertulis tentang mekanisme
pelaksanaan Sensus Harian Rawat Inap (SHRI),sehingga petugas bangsal/ruang
rawat inap dapat melaksanakan pembuatan Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) secara
benar dan menghasilkan data yang akurat untuk dimanfaatkan dalam penghitungan
indikator pelayanan rawat inap ( Usulan prosedur tetap pada pengisian Sensus
Harian Rawat Inap pada lampiran ).
2.
Perlu diadakannya sosialisasi
petunjuk teknis penulisan/pengisian dan prosedur tetap tentang Sensus Harian
Rawat Inap (SHRI) untuk petugas rawat inap utamanya perawat atau bidan dalam
mekanisme pelaksanaannya.
3.
Sebaiknya pembuatan,
penyerahan, perekapan, Sensus Harian Rawat Inap dilaksanakan petugas setiap
hari dan sesuai keadaan aslinya agar tidak perlu lagi mencocok kan data dengan
register pasien rawat inap dan tidak menambah beban kerja petugas, sesuai
kebijakan Rumah Sakit dan prosedur tetap yang ada.
4.
Sebaiknya petugas rawat
inap/bangsal (perawat/bidan) memasukkan data secara benar sehingga petugas analising reporting bisa
memanfaatkan data Sensus Harian Rawat
Inap (SHRI) untuk di jadikan sebagai sumber data dan mempermudah pembuatan
pelaporan indikator pelayanan rawat inapseperti :
a.
AvLOS (Average Length Of Stay)
b.
BOR (Bed Occupancy Rate)
c.
BTO (Bed Turn Over)
d.
TOI (Turn Over Interval)
e.
NDR (Net Death Rate)
f.
GDR (Gross Death Rate)
g.
Newborn death rate
h.
Maternal death rate
BY : AGUNG KURNIAWAN (09.0.A.196)
No comments:
Post a Comment